Kastara.id, Makkah – Puncak haji sudah menjelang. Ribuan jamaah haji dunia yang mengikuti tarwiyah mulai bergerak pada Jumat (9/9) malam menuju Mina untuk melakukan mabit dan prosesi ibadah di sana. Jumlah ini termasuk lebih dari 12 ribu jamaah Indonesia.

“Sebagian ada yang berangkat besok pagi langsung ke Mina,” ujar Kadaker Makkah Arsyad Hidayat di kantor Kantor Daker Makkah, Sabtu (1/9) dini hari.

Seksi Bimbingan Ibadah PPIH Arab Saudi mencatat sebanyak 12.925 jamaah haji asal Indonesia melaksanakan tarwiyah. Mereka mayoritas berasal dari embarkasi Jawa Barat dan Solo. “Data ini berdasarkan laporan yang masuk pada Jumat malam,” kata Kasi Bimbingan Ibadah PPIH Arab Saudi Tawwabuddin Muh Mulyana.

Arsyad Hidayat memastikan pihaknya melakukan pemantauan kepada para calon jamaah haji yang memilih berangkat lebih awal ke Mina untuk melakukan tarwiyah. Para petugas perlindungan jamaah dari unsur TNI-Polri juga sudah diterjunkan untuk mengawal para jamaah tarwiyah.

“Pemasangan petugas perlindungan jamaah yang berada di Mina, termasuk juga kalau seandainya jamaah satu kloter berangkat semua, petugas kita ya mendampingi mereka baik ketua kloter, TPIH, maupun TKHI,” ujarnya.

Informasi bahwa para jamaah haji tarwiyah tetap dipantau oleh petugas haji diamini oleh Kepala Seksi Perlindungan Jamaah PPIH Arab Saudi Wagirun Tupan Towinangun. Menurutnya, anggota tim perlindungan jamaah sudah turun ke Mina untuk menjaga keamanan jamaah haji tarwiyah. Sebagai buktinya dia menunjukkan foto-foto anggotanya tengah mengarahkan para jamaah tarwiyah ke tenda-tenda di Mina.

Tarwiyah berasal dari kata kerja rawa-yarwi memiliki arti: menceritakan, meriwayatkan, mengantarkan, mengairi, memberi minum. Dikatakan tarwiyah karena setidaknya ada dua alasan yaitu: pertama, hari kedelapan dari bulan Dzulhijjah ini jamaah calon haji setelah berihram, mereka menuju Mina untuk bermalam yang keesokan harinya baru menuju Arafah. Ketika di Mina, dulunya para haji menyiapkan air sebagai bekal untuk berwukuf di Arofah esok. Menyiapkan air diistilahkan dengan yatarowwauna yang asal kata yang sama dengan tarwiyyah.

Alasan kedua, dalam sejarah di malam hari kedelapan Dzulhjjah Nabi Ibrahim AS bermimpi pertama kali dari Allah untuk menyembelih anaknya Ismail AS. Ketika mendapat mimpi itu, beliau AS bertanya-tanya kepada dirinya apakah itu mimpi dari Allah atau dari syaithan? Bertanya-tanya itu diistilahkan dengan bahasa Yurawwi dan itu sebabnya kemudian dinamakan hari tarwiyyah. Ketika mimpi itu datang untuk kedua kalinya di malam hari Arafah, Nabi Ibrahim AS akhirnya yakin kalau itu berita dari Allah SWT. Dan yakin berarti adanya pengetahuan, yang dalam bahasa Arab disebut arafa. Karena itulah hari kesembilan Dzulhijjah dinamakan hari Arafah.

Kegiatan tarwiyah, bisa dilakukan jamaah secara sendiri, namun biasanya dilakukan secara berkelompok. Kelompok dimaksud bisa saja dalam satu rombongan di kloter, atau bersama kelompok bimbingan/KBIH. (nad)