SEA Games 2018

Kastara.id, Jakarta – Menyambut Asian Games 2018, Stadion Madya direnovasi. Nantinya, stadion yang berada di kompleks olahraga Gelora Bung Karno itu bakal menjadi multifungsi. Stadion Madya tetap mengakomodasi permintaan OCA agar berstandar internasional.

Awalnya Stadion Madya, menjadi markas PB PASI sekaligus menjadi tempat pemusatan latihan nasional (pelatnas) atlet atletik nomor-nomor lari jarak pendek, yang berada di sisi Jalan Asia Afrika, Senayan, Jakarta Pusat.

Meski berstatus tempat latihan, Stadion Madya memiliki tribune penonton, bahkan dengan kapasitas terbesar kedua di area GBK, mencapai 10 ribu penonton. Kapasitas itu cuma kalah dari Stadion Utama GBK.

Menjelang Asian Games 2018, Stadion Madya turut direnovasi, meskipun tak bakal dijadikan venue pertandingan. Perlombaan atletik Asian Games 2018 dilaksanakan di SUGBK.

“Renovasi Stadion Madya tetap mengakomodasi permintaan OCA agar stadion itu berstandar internasional,” tutur Perwakilan Proyek Pengelola Kawasan (PPK) PP BS4 Egie Ismail, di Jakarta, Jumat (13/10).

Menurut Egie, stadion Madya bisa digunakan untuk latihan malam, tribue penonton single seat dan beratap. Justru kerumitan ada pada status bangunan yang merupakan bangunan cagar budaya. Stadion Madya dibangun bersamaan dengan SUGBK untuk menyambut Asian Games 1962.

“Stadion Madya memang tidak seluas SUGBK karena dari awal tujuannya hanya untuk stadion latihan bukan venue pertandingan. Jadi, semua perencana sepakat bahwa yang menjadi artis utama adalah SUGBK. Di luar itu adalah penari latar semua,” tuturnya.

Stadion Madya kata dia, tidak berlebihan, namun tetap memenuhi fungsi yang diminta. Sebagai contoh, stadion ini awalnya tidak memiliki atap di bagian tribunenya, kini ada. Kemudian pesan Olympic Council of Asia (OCA) penonton Madya harus bisa dihitung, maka tribun diubah bentuk menjadi single seat.

Kemudian latihan malam, kami akan mencoba memasang lampu yang mencukupi, yaitu 1.000 lux dari semula tidak sampai 300 lux. Jadi (sebenarnya) tidak wah.

Egie menambahkan, sejatinya di Host City Contract tertulis masing-masing venue idealnya memiliki daya lampu sampai 2 ribu lux. Namun, kontraktor memasang daya di bawah standar karena mempertimbangkan pemeliharaan yang dilakukan Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno di masa akan datang.

“Jangan sampai pengelola mengeluh tagihan listrik bengkak sekitar Rp 60 juta untuk kapasitas 2 ribu lux. Karena event kan tidak ada setiap hari. Makanya, kami buat seribu lux jika kurang mungkin pada saat event INASGOC yang akan menambahkan atau kami akan sewa. Pokoknya kami pikirkan matang-matang mengenai kapasitasnya, daya yang dibutuhkan, karena berkaitan dengan pemeliharaan yang dilakukan PPK GBK nantinya,” pungkasnya. (tri)