Kastara.id, Jakarta – Pada HUT RI yang ke 71 ini, pemerintah memberikan penghargaan kepada sejumlah anak bangsa yang berprestasi. Termasuk kepada para Bupati, dua di antaranya adalah Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo dan Bupati Lahat Saifudin Aswan Rafai yang ditemui di Balai Sarwono, Jakarta (16/8). Keduanya mendapat Tanda Kehormatan Jasa Utama dari Presiden Joko Widodo.

Keduanya dianggap memiliki prestasi karena kinerjanya selama menjabat bupati. Keduanya juga dicintai warganya di daerahnya masing-masing. Karena kecintaannya kepada warganya ini waktunya lebih banyak dihabiskan untuk warganya.

Bahkan  demi rakyatnya Bupati Kulon Progo Hasto harus melawan dan merombak tatanan yang sudah ada sejak lama. Misalnya membuat Perda bagi warganya yang ingin berobat kalau tidak punya jamkes atau BPJS, cukup menunjukkan KTP saja.

Hasto juga menghilangkan kelas-kelas layanan di rumah sakit. “Pokoknya rumah sakit di Kulon Progo tanpa kelas. Wong antara kelas 1 dan kelas 3 itu bedanya sedikit. Kalau ada yang dioperasi, operasinya sama. Paling beda menu tempenya yang kelas 1 agak tebalan dari yang kelas 3,” kata kader PDI Perjuangan ini.

Terobosan lainnya yang dilakukan adalah mengintruksikan kepada Perusahaan Daerah Air Minum membuat air minum kemasan untuk warga Kulon Progo yang hasilnya bisa menambah pembiayaan untuk rakyat. Warga pun tidak perlu lagi beli air minum dari perusahaan asing. Cukup buatan PDAM milik daerah.

“PDAM kan singkatan Perusahaan Daerah Air Minum. Masa yang dilakukan cuma air buat mandi dan cuci doang. Makanya saya perintahkan buat air minum kemasan,” ujar dokter kandungan ini.

Untuk penghematan biaya hidup masyarakat, Hasto juga membuat gebrakan larangan merokok di beberapa tempat. Menurutnya, dalam satu tahun warga Kulon Progo menghabiskan Rp 26 miliar hanya untuk rokok.

“Bayangkan berapa besar yang bisa dihemat kalau saja warga Kulon Progo dikurangi konsumsi merokoknya. Saya tidak memusuhi atau melarang orang merokok. Cuma saya membatasi orang merokok di tempat tertentu,” kata Hasto.

Sejak saat itu Kulon Progo bebas dari spanduk-spanduk perusahaan rokok. Kegiatan olahraga juga dilarang disponsori oleh perusahaan rokok.

Inisiatif “Bela dan Beli Kulon Progo” merupakan semboyan untuk mengajak masyarakat membangun perekonomian Kulon Progo dengan mengutamakan produk sendiri ketimbang produk asing.

Dukungan masyarakat terhadap produk lokal diharapkan mampu menghadapi persaingan. Bupati Hasto menerangkan, ideologinya adalah beli dan bela produk sendiri. “Kalau kita bisa beli produk sendiri baru kita bisa menang dalam persaingan,” ujarnya.

Karena kinerja dan terobosan-terobosannya yang gemilang inilah, beberapa penghargaan pernah diraihnya. Di antaranya Penghargaan Wahana Tata Nugraha dari Kementerian Perhubungan.

Hal serupa juga dilakukan Bupati Lahat Saifudin Aswan Rafai. Selama dua periode memimpin kabupaten yang tergolong kecil dibanding 17 kabupaten lainnya di Sumatera Selatan ini, Saifudin mampu meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dari Rp 700 miliar menjadi Rp 2 triliun.

Insfrastruktur juga gencar dibangun. Saat ini sulit menemui jalan atau jembatan yang rusak di Kabupaten yang sebagian masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani ini.

Terobosan lainnya yang dilakukan oleh bupati yang senang berorganisasi ini adalah dengan menyediakan listrik buat warganya. Saat ini sudah 95 persen desa-desa di Lahat dimasuki listrik.

Bahkan berkat terobosannya ini listrik dari Lahat bisa mensuplai listrik di luar Lahat. “Saya hanya menjalankan keinginan warga,” kata Bupati yang mengaku 80 persen waktunya dihabiskan bersama warganya ini. (danu)