Jamiluddin Ritonga

Kastara.ID, Jakarta – Mubes ke IV Kosgoro 1957 yang rencananya bakal digelar akhir Maret 2021 sudah mulai memanas. Pasalnya, Agung Laksono diduga berpihak pada salah satu calon ketua umum yang akan berlaga pada Mubes ke IV.

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta M Jamiluddin Ritonga kepada redaksi Kastara.ID, Senin (22/2), memberikan pandangannya soal dugaan nepotisme tersebut.

“Keberpihakan Agung Laksono pada salah satu calon ketua umum memang disayangkan banyak pihak. Sebab, Agung Laksono yang selama ini sudah menjadi panutan di Kosgoro 1957, dikhawatirkan akan kehilangan marwah akibat keberpihakannya itu,” papar Jamil.

Menurut Jamil, memang ironi bila Agung Laksono tiba-tiba menjadi nepotisme. “Apalagi kalau itu dilakukannya hanya untuk mengantarkan Dave Akbarshah Fikarno menjadi calon ketua umum Kosgoro 1957 pada Mubes ke V. Hal ini akan menanggalkan image Agung Laksono sebagai panutan dan dituakan di Kosgoro 1957,” ungkap penulis buku Riset Kehumasan ini.

Jamil pun mengingatkan, jangan sempat muncul kesan Agung Laksono sudah menganggap Kosgoro 1957 sebagai organisasi keluarga, bukan lagi organisasi publik. “Kalau kesan ini muncul, tentu reputasinya akan rusak baik di internal maupun eksternal organisasinya,” ujarnya.

Selain itu, Jamil melihat nepotisme juga akan membuat Kosgoro 1957 akan kehilangan kesempatan untuk mendapat pemimpin yang mumpuni. Pimpinan hasil nepotisme berpeluang besar akan melahirkan nakhoda yang memble di Kosgoro 1957.

“Kalau hal itu tetap dilaksanakan, soliditas di Kosgoro 1957 dapat goyah. Para anggotanya tidak lagi memiliki kebanggaan pada organisasinya,” tandas mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta 1996-1999 ini.

Kalau hal itu terjadi, maka Kosgoro 1957 akan kehilangan marwahnya. Hal ini tentu tidak diinginkan Agung Laksono. Karena itu, akan bijak bila Agung Laksono menyetop nepotisme dalam Mubes ke IV.

Jadi, biarkan kader-kader potensial bermunculan pada Mubes Kosgoro ke V. “Agung Laksono sebagai panutan selayaknya dapat menjadi tut wuri handayani. Dengan begitu, reputasi Agung Laksono tetap terjaga dan Kosgoro 1957 dapat memiliki ketua umum yang mumpuni,” pungkas dosen Metode Penelitian Komunikasi ini. (jie)