Kastara.id, Depok – Orang Depok jual ikan gabus hias sampai ke Eropa dan mampu menghasilkan omset ratusan juta rupiah. Bisnis ikan gabus hias menggeliat jadi primadona.

Ikan gabus atau nama latinnya Channa merupakan ikan predator di dalam keluarga Channidae. Masyarakat juga mengenalnya sebagai snakehead, atau ikan berkepala seperti kepala ular.

Ada sekitar 50 spesies atau jenis yang penyebarannya dari Irak di bagian barat hingga Indonesia dan China di timur. Sebagian dapat di jumpai pula di Siberia di Timur Jauh.

Ragam corak dan warna sisiknya yang dinilai tinggi terdapat di Myanmar dan India timur laut.

Secara tradisional ikan ini adalah makanan pokok yang paling umum di beberapa negara Asia dan dibudidayakan secara ekstensif.

Selain sebagai ikan yang dikonsumsi, ikan gabus juga dijadikan obat tradisional untuk penyembuhan luka dan mengurangi rasa sakit pascaoperasi.

Boleh dibilang ikan ini naik kasta dari ikan rawa menjadi ikan akuarium milik para kolektor.

Mengapa Channa jadi koleksi dan mengisi akuarium rumah-rumah kolektor? Alasan utamanya tentu karena corak ragam warnanya layak masuk akuarium. “Perawatannya jauh lebih mudah dibandingkan arwana dan ikan hias lainnya,” tegas N Abel Wahyudi penjual sekaligus kolektor Channa.

“Channa tidak perlu aerator seperti ikan hias pada umumnya. Ini karena Channa bernapas dengan labirin yang membuatnya bertahan hidup dalam kondisi yang sangat ekstrim,” kata Abel lagi.

Ikan koi dan arwana akan bertahan dua hingga tiga jam di dalam akuarium tanpa aerator. Sedangkan Channa mampu hidup tanpa aertor di akuarium.

Pesona Channa memang sangat menggoda. Inilah yang membuat para pesohor ikut dalam jamaah mengoleksi Channa yakni Irfan Hakim dan Lucky Hakim yang mengoleksi Channa Barca.

“Untuk saat ini Channa Barca yang paling tinggi nilainya,” ujar Abel.

Di online shop Channa Barca ukuran 40-an centi meter dibanderoldi atas Rp50 juta. Jenis inilah yang membuat shock publik dan akhirnya viral.

Habitat aslinya di sungai Brahmaputra bagian atas, Assam dan Nagaland di India dan Sylhet di Bangladesh. Masuk dalam hewan yang dilindungi namun penjualannya belum menggunakan chip seperti jenis arwana merah atau red arwana.

“Habitat aslinya adalah kawasan konservasi sehingga sangat sulit mendapatkan Channa Barca. Ikan ini bisa ditemukan di luar habitatnya jika terjadi luapan sungai,” urai Abel.

Nah, anakan Channa Barca ini juga sangat mahal. “Ukuran 1cm aja, udah 1,3 juta,” kata Abel.

Berkah viralnya Channa Barca yang harganya mencapai 50-an juta rupiah membuat ikan gabus vegetasi Kalimantan naik daun.

Karena jenis Channa Borneo ini pun menjadi khas vegetasi Borneo. Sekarang penyebarannya di luar vegetasi karena diperjualbelikan.

Channa dari Pulau Borneo ini dikenal dengan nama Channa Maru. Ada tiga varian warna yakni kuning, merah, dan hijau.

Jenis yang sedang hype adalah Channa Yellow (kuning). Jenis ini bisa mencapai panjang lebih dari satu meter. Habitatnya ditemukan di Kapuas Hulu, Pontianak, Sentarum, dan Selimau.

Jenis merah ada di Kalimantan Tengah yakni di Palangkaraya, Pangkalan Bun, Barito, dan Sampit.

Sedangkan yang berwarna hijau ada di Kalimantan Utara. Ini merupakan hewan dilindungi dan hidup wilayah konservasi di sekitaran Berau.

Harganya cukup mahal. Anakannya saja dengan panjang 5-7 cm hampir separuh harga Channa Barca. Channa ini bisa diperoleh jika ikan-ikan tersebut bermigrasi karena luapan air di area konservasi.

Bukan kebetulan Abel menjadi kolektor dan penjual Channa dari Borneo, ia sudah memelihara ikan koi. Bahkan juga menjadi peternak ikan koi. Jadi bukan pemain baru di bisnis ikan hias dan pengembangbiakannya.

Ia mulai menjual Channa karena pandemi Covid -19. Di masa awal pandemi, salah satu unit usahanya, membuat senapan angin menurin drastis.

baca : Lomba Mancing Ikan-Ikan Monster di Kolam Pemancingan Godong Ijo

Mitra-mitra bisnis di Kalimantan mulai mengirimkannya Channa untuk dipasarkan di market lokal, nasional, dan global.

Penerimaan pasar cukup menggembirakan sehingga ia akhirnya menjadi salah satu dari sekian banyak penjual Channa. “Ini menjadi alternatif di masa pandemi. Teman-teman dari komunitas menembaklah yang mendorong saya masuk ke bisnis pedagangan ikan Channa,” kata Abel.

(goes to part 2: Ekspor ke Mancangara)