COVID-19

Kastara.ID, Jakarta – Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan kabar ditemukannya virus corona atau Covid-19 varian Kappa harus menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya varian ini mempunyai kemampuan menyebar atau menular yang cukup cepat. Kemampuannya sama dengan Covid-19 varian Delta yang saat ini menyerang Indonesia.

Saat memberikan keterangan, Rabu 30 Juni 2021, Dicky menjelaskan varian Kappa dengan kode B.1.617.1 yang ditemukan di wilayah DKI Jakarta berasal dari strain yang sama dengan Covid-19 varian Delta. Namun menurut Dicky, Kappa tak masuk dalam Variant of Concern (VOC) atau varian yang menjadi perhatian Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).

Dicky menyebut Covid-19 varian Kappa pertama kali ditemukan di India pada April 2021. Saat ini WHO masih mengelompokkan Kappa dalam Variants of Interest (VOI). Dampak dari varian ini juga masih dalam proses penelitian.

Dicky menuturkan, di Melbourne, Australia, Covid-19 varian Kappa sudah mulai menyebar dan menginfeksi. Varian ini bisa masuk dalam tubuh manusia dengan hanya berpapasan. Dampak varian tersebut seringkali dianggap seperti campak.

Itulah sebabnya Dicky mengingatkan pemerintah segera merespons secara serius adanya temuan varian Kappa. Menurutnya, pemerintah tidak bisa hanya fokus pada penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, namun harua pula disertai penerapan di lapangan.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menginformasikan adanya temuan Covid-19 varian Kappa. Hal itu disampaikan saat mengikuti rapat koordinasi rencana penerapan PPKM Darurat bersama Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Selasa (29/6).

Dalam paparannya, Anies mengungkap telah terdeteksi sebanyak 128 VOC di wilayah ibukota. Salah satunya adalah varian Kappa. Temuan VOC tersebut langsung menjadi perhatian Pemprov DKI Jakarta. Dari laporan yang ada, varian baru tersebut banyak menginfeksi anak-anak dengan rentang usia 6-18 tahun. Terdiri dari, 29 kasus pada usia 0-5 tahun. Sebanyak 26 kasus menyerang usia antara 6-18 tahun.

Sisanya sebanyak 71 kasus terjadi pada usia 19-59 tahun. Terdapat pula dua kasus pada usia 60 tahun ke atas atau lansia. (ant)