Setya Novanto

Oleh: Fahri Hamzah

SUDAH tidak akan ada survey yang menggembirakan bagi petahana… tren stagnan dan penurunan elektabilitas akan terus berjalan… apalagi isu “agama” muncul lagi. Orang perlu keadilan dan kepastian hidup, malah pemerintah sibuk membela diri dengan isu agama. Bunuh diri!

Kritik saya sejak awal, petahana sudah salah langkah dalam kasus Ahok bukan malah dihentikan, malah diteruskan. Saya heran kenapa isu agama ini terus dibuat ya? Terakhir Abu Bakar Ba’asyir (ABB), padahal kalau pilpres diwarnai debat prestasi maka petahana akan lebih untung, atau jangan-jangan gak ada prestasi?

Itu akhirnya menjadi keraguan orang, kenapa justru pemerintah masuk terus ke isu agama yang sensitif. Padahal agama itu gak bisa geser, kalau sudah soal iman orang susah berubah pilihan. Kalau soal prestasi dan harapan masa depan itu bisa diperdebatkan. Harus itu fokusnya.

Ahok kalah karena debat prestasi dibelokkan oleh kampanye agama yang terus menerus sinis, berusaha mengasosiasikan orang beragama khususnya Islam sebagai persoalan. Akhirnya, prestasinya yang katanya segudang hilang. Atau jangan-jangan inilah masalah dalam perang citra?

Maksud saya, jangan-jangan karena gak sanggup mempaket prestasi lalu sibuk mengolah pencitraan? Kasus pelepasan ABB adalah contoh konyol bagaimana citra akhirnya menyerang balik. Lagi-lagi petahana rugi besar. Sekarang keputusan apapun jelek buat petahana. Ini terjadi terus.

Mengingat kekalahan Ahok akhirnya dapat diangkat dalam pola teori kekalahan yang sama pada kedua sahabat ini. Jokowi akan kalah seperti kekalahan Ahok. Sederhana, karena teori mengelola isu juga sama. Master Mind-nya sama. Mereka tidak sanggup keluar dari jebakan isu agama.

Rasa bersalah sejak memimpin DKI dan memimpin RI dengan narasi konflik ideologi telah menyebabkan petahana tidak bisa keluar dari keharusan simbolik. Inilah sebab pemilihan cawapres dan juga terus menjadi sebab tidak percaya diri bahwa petahana cukup “Islam” untuk menang.

Saya memberi nasehat vulgar kepada petahana yang nampaknya tidak lagi bisa menguasai tim dan lingkar terdalamnya. Masing-masing punya agenda dan melapor asal bapak senang. Semua rencana menang salah dari awal. Maafkan. Kekalahan menanti petahana. Terima kasih.

*Twitter @Fahrihamzah 30/1/2019