Muslim India

Kastara.ID, Jakarta – Sekretaris Umum (Sekum) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Front Pembela Islam (FPI) Munarman mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersikap terhadap tindak kekerasan yang menimpa umat Islam di India. Munarman mengaku heran dengan Jokowi yang tak bersuara menyaksikan tindakan diskriminatif yang dilakukan pemerintah India terhadap umat Islam.

Munarman berpendapat (1/3), menyebut posisi sebagai presiden negara dengan penduduk muslim terbesar seharusnya menjadi alasannya Jokowi segera bersuara. Bahkan selayaknya Jokowi mengajukan protes kepada pemerintah India. Akibatnya, menurut Munarman, rakyat juga bertanya-tanya mengapa Presiden Republik Indonesia bungkam saat tragedi kemanusiaan menimpa umat Islam.

Permintaan serupa juga dilontarkan juga Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Ma’arif. Seharusnya, menurut Slamet, Jokowi bersikap kritis terhadap tragedi berdarah di India. Pasalnya Jokowi adalah representasi negara berpenduduk Islam terbesar di dunia. Jokowi seharusnya bersikap kritis, protes, dan bila perlu menghentikan hubungan diplomatik dengan India. Slamet pun meminta Jokowi menunjukkan kemuslimannya.

India tengah menjadi sorotan dunia karena bersikap diskriminatif terhadap umat Islam. Perdana Menteri India Narendra Modi yang didukung Bhratiya Janata Party (BJP) mengeluarkan Undang-undang (UU) Kewarganegaraan yang sangat kontroversial.

UU itu melarang masuknya imigran yang beragama Islam masuk ke India dan menerima yang beragama Hindu, Kristen, dan agama lain selain Islam. UU ini kontroversi dan diskriminatif karena hanya memberi status kewarganegaraan bagi imigran yang menerima persekusi di negaranya dengan syarat beragama Hindu, Kristen, dan agama minoritas lainnya selain muslim. Polemik yang berujung aksi kekerasan berdarah pun terjadi. Puluhan orang dilaporkan tewas karena konflik ini.

UU itu pun memicu bentrokan antara umat Islam dan Hindu di India. Dilaporkan 42 orang meninggal dunia dalam insiden yang terjadi di Delhi (27/2). Sedangkan lebih dari 200 orang mengalami luka-luka. Sejauh ini pejabat Indonesia, baru Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi yang berkomentar atas insiden tersebut. Fachrul mengecam seraya menyebut tindakan pemerintah India telah merusak nilai kemanusiaan. Fachrul menyebut tidak ada ajaran agama yang membenarkan praktik kekerasan. (ant)