Garuda Citilink Sriwijaya NAM

Kastara.ID, Jakarta – Mantan Meko Perekonomian Rizal Ramli mengkritik manajemen PT Garuda Indonesia sebagai memalukan. Pasalnya maskapai penerbangan milik negara tersebut diduga telah melakukan manipulasi dalam laporan keuangannya.

Dalam sebuah acara di salah satu stasiun televisi, Rizal mengatakan sempat tertipu dengan pernyataan Garuda yang mengklaim memperoleh keuntungan yang cukup besar pada 2018. Bahkan melalui akun media sosial pribadinya, Rizal turut mengucapkan selamat kepada manajemen Garuda.

Namun belakangan, mantan Menko Kemaritiman ini justru menemukan beberapa kejanggalan pada laporan keuangan Garuda. Rizal yakin pasti ada hal-hal tidak wajar yang dilakukan. Hal inilah yang menurut Rizal perlu dicari siapa yang bertanggung jawab atas rekayasa laporan keuangan tersebut.

Rizal menyebut direksi terutama dirut keuangan harus bertanggung jawab. Rizal menambahkan, kinerja Garuda sebetulnya sempat membaik. Terutama setelah mengakuisisi maskapai Sriwijaya Air. Namun dengan adanya kabar ini semuanya, menurut Rizal menjadi rusak. Ia pun mendesak dilakukan audit terhadap kinerja Garuda.

Sementara itu Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, sebagai badan usaha milik negara (BUMN) seharusnya PT Garuda Indonesia mengedepankan good corporate governance (GCG) serta bersikap transparan. Tindakan manipulasi atau rekayasa dikhawatirkan dapat merusak citra perusahaan.

Enny menambahkan, seharusnya manajemen Garuda jujur dengan mengatakan piutang tetap sebagai piutang dan jangan diakui sebagai pendapatan. Jika hal itu dilakukan, Enny menyebutnya sebagai akal-akalan akuntansi.

Sebelumnya, dalam laporan keuangan tahun 2018, PT Garuda Indonesia menyebut mendapat laba bersih 809,85 ribu dolar AS atau sekitar Rp 11,33 miliar. Laba tersebut diperoleh akibat pendapatan usaha lain sebesar 306,88 juta dolar AS.

Ternyata dalam laporan keuangan tersebut, dua orang komisaris, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria, tidak bersedia menandatanganinya. Mereka merasa keberatan dengan pengakuan pendapatan atas transaksi Perjanjian Kerja Sama Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam Penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia. (mar)