Sandiaga Uno

Kastara.ID, Jakarta – Sandiaga Uno menyatakan siap menjadi peserta Pilpres 2024 bila ada partai politik mengusungnya. Hal itu disampaikannya usai silaturahmi dengan Pengurus DPW PPP Yogyakarta pada Selasa (30/8) lalu.

Pernyataan Sandi tersebut tentunya mengusik petinggi dan sebagian kader Partai Gerindra. Bahkan ada yang menyatakan, Sandi sebaiknya mundur dari Gerindra.

Hal itu diungkapkan M Jamiluddin Ritonga, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta, kepada Kastara.ID, Jumat (2/8) pagi.

“Respons tersebut mengindikasikan adanya kegelisahan petinggi dan sebagian kader Gerindra atas manuver Sandi. Bagi mereka, manuver Sandi dapat menghalangi Ketua Umumnya Prabowo Subianto untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024,” papar Jamil.

Kegelisahan itu wajar karena pada Pilpres 2019, banyak emak-emak dan milenial yang sangat fanatik mendukung Sandi. Kalau Sandi ikut pada kontestasi Pilpres 2024, maka mayoritas dukungan emak-emak dan milenial akan tetap kepadanya.

Hal itu tentunya akan mengurangi dukungan kepada Prabowo. Padahal, bagi Gerindra, Pilpres 2024 menjadi kesempatan terakhir bagi Prabowo untuk menggenggam impiannya menjadi presiden.

“Jadi, kalau Sandi nyapres atau cawapres diusung partai lain, maka peluang Prabowo menang akan semakin kecil. Hal itu sudah pasti tidak dikehendaki Gerindra, termasuk tentunya Prabowo sendiri,” jelas pengamat yang juga mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.

Sandi sendiri memang punya nilai jual untuk menjadi Capres atau Cawapres. Dia memiliki elektabilitas yang lumayan bagus dan didukung relawan yang tersebar di pelosok tanah air.

“Bahkan jaringan yang dibentuknya pada Pilpres 2019, tinggal dihidupkan. Jaringan yang beaar dan tersebar se-Indonesia menjadi kekuatan dan modal besar bagi Sandi untuk ikut Pilpres 2024,” imbuhnya.

Sandi disebutnya juga punya kapital yang besar untuk membiayai pencapresannya. Ia tidak akan bergantung kepada para pemilik modal atau oligarki untuk membiayai kampanyenya. Dengan begitu, ia bila terpilih menjadi presiden atau wakil presiden akan sulit didikte oleh pemilik modal atau oligarki.

Dengan modal elektabilitas yang lumayan baik dan ditopang kapital besar, wajar saja kalau partai politik lain meliriknya. Sandi tinggal memilih partai politik mana yang akan digunakan menjadi perahunya.

“Masalahnya, apa Sandi memang serius menerima tawaran DPW PPP Yogyakarta? Kiranya itu masih perlu dikonfirmasi ulang kepadanya,” kata Jamil.

Sebab, selama ini Sandi bukanlah politisi kutuh loncat. Sandi termasuk politisi yang menjunjung tinggi etika.

“Jadi, kalau Sandi menerima tawaran menjadi Capres atau Cawapres dari partai politik lain, bisa jadi karena di Gerindra ada masalah. Tampaknya internal Gerindra perlu introspeksi diri sebelum menghujat Sandi. Hal itu lebih bijak daripada cepat menyalahkan orang lain,” tandas Jamil. (dwi)