Kastara.id, Jakarta – Indonesia adalah bangsa dan negara yang terdiri dari ratusan suku bangsa, bermacam agama, negara yang kaya keanekaragaman. Namun, justru dalam keragaman tersebut Indonesia berhasil menemukan kemampuan untuk bersatu sebagai sebuah bangsa.

Menurut Presiden Joko Widodo, ada dua hal yang menjadi landasan Indonesia bersatu sebagai sebuah bangsa. Yang pertama, Indonesia memiliki Pancasila. Ideologi bangsa, cara berpikir, dan bertindak, panduan hidup bangsa Indonesia dalam melangkah maju. Yang kedua dan sama pentingnya dengan Pancasila adalah Bhinneka Tunggal Ika, sebuah pepatah lama di Indonesia yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.

“Inilah yang selalu menjadi pegangan kami,” kata Presiden Jokowi pada pembukaan World Peace Forum (WPF) ke-6, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (1/11) malam. Presiden didampingi Menko Polhukam Wiranto, Menko PMK Puan Maharani, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Presiden menyebutkan, memang ada kelompok-kelompok yang ingin menggoyang persatuan Indonesia. Seperti aksi teror bom Bali tahun 2002 dan juga bom di Thamrin Jakarta di awal 2016. Namun Presiden menegaskan, dengan semangat kesatuan dan semangat gotong royong, Indonesia telah berhasil mengatasi aksi-aksi teror tersebut.

Presiden menilai, aksi-aksi teror yang terjadi di Indonesia merupakan hasil dari ekstrimisme kekerasan yang juga menjadi penyebab aksi-aksi teror serupa yang terjadi di negara-negara yang lain.

Berdasarkan pengalaman bersama, ujar Presiden kepada peserta WPF, penyebab utama ekstrimisme kekerasan adalah ketidakadilan yang bersifat global. Karena itu untuk mengatasi isu global ini, untuk mengatasi ekstrimisme kekerasan, menurut Presiden, diperlukan aksi kolektif bersama untuk melawannya.

Presiden meyakini, bahwa World Peace Forum yang ke-6 ini mampu menghadirkan dialog produktif dan memperkuat usaha bersama menghadirkan kedamaian di negara masing-masing, dan tentunya perdamaian dunia.

“Di sini ada pemuka agama, ada pembuat kebijakan, ada pakar, ada politikus, ada aktivis dari berbagai belahan dunia. Anda semua adalah pembela perdamaian, anda semua adalah cahaya-cahaya moral kami, dan kami semua berhutang kepada Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya karena telah tanpa pamrih mempromosikan dan memperjuangkan perdamaian di dunia,” ujar Presiden.

Kegigihan World Peace Forum dalam mempromosikan perdamaian di dunia dapat menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. “Untuk memperjuangkan perdamaian, untuk melawan intoleransi, melawan provokasi kekerasan. Untuk bisa mengatakan bahwa kami tidak takut terhadap ancaman dan aksi teror. Untuk memiliki keberanian, dan secara lantang mengatakan kami ingin perdamaian bukan kekerasan,” kata Presiden.

Ketua WPF Dien Syamsudin dalam laporannya mengatakan, WPF ke-6 kali ini mengambil tema melawan ekstremisme kekerasan, martabat manusia, ketidakadilan global, dan tanggung jawab bersama.

“Tema tersebut adalah sebuah tema yang kami pandang sangat urgent, sangat penting, bahkan tepat waktu karena sekarang dunia sedang menghadapi ancaman peradaban dan sekaligus kejahatan kemanusiaan yang luar biasa, yaitu merajalelanya kekerasan yang bersifat ekstrim baik atas nama agama, ethnocentrism, juga atas nama kepentingan politik,” ujar Dien.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menegaskan, perdamaian tidak bisa hanya tokoh agama saja, tetapi harus melibatkan pihak-pihak lain, termasuk pemerintah, negara, dunia usaha, intelektual, dan juga media. “Di sinilah posisi dari WPF,” katanya.

WPF merupakan kegiatan dwi tahunan sejak 2006 yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan Cheng Ho Multi-Culture Education Trust yang berpusat di Kuala Lumpur, Malaysia, serta Center for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC).

WPF ke-6 ini dihadiri oleh 200 peserta, terdiri dari 91 peserta dari 52 negara terdiri dari para tokoh berbagai agama, tokoh politik intelektual, pengusaha, dan para aktivis perdamaian. (raf)