Kastara.id, Tulungagung – Menpora Imam Nahrawi menghadiri Haul Hadlratusysyaikh Mustaqiem Bin Husein ke 47 Nyai Hajjah Sa`diyah Binti H. Rais ke 29 Hadlratusyaikh Kh. Abdul Djalil Mustaqiem ke-12 Pondok Pasulukan Thoriqoh Agung (PETA) Tulungangung, Jawa Timur, Minggu (2/10) malam.

Pada kesempatan tersebut Menpora mengajak para santri untuk berolahraga. “Rasullallah mengajarkan kita untuk mendidik anak-anak kita tidak hanya sehat batin tapi juga sehat lahir. Saat saya diangkat jadi Menpora maka saya harus menjalankan amanah misi visi presiden dan juga menjalankan amanah alim ulama. Karena saya juga besar di pesantren,” kata Menpora.

Imam melanjutkan, Pondok PETA ini mempunyai moto ‘Kalau kita ingin menata hati kita maka apa yang ada di depan kita juga harus di tata’. “Ketika saya memulai reformasi sepakbola maka saya niatkan betul agar sepakbola Indonesia menjadi kebanggaan nasional, menjadi alat mempersatu bangsa yang kelak bisa jadi juara dunia,” ujar Imam.

Pada  tahun 2015, Imam melanjutkan, Kemenpora mengulirkan liga santri. Melalui sepak bola, santri dan pesantren akan memajukan dunia olahraga Indonesia. “Untuk itu, dengan digelarnya turnamen sepak bola Liga Santri Nusantara diharapkan akan lahir pemain-pemain sepak bola baru yang handal dari kalangan pondok pesantren,” ujarnya.

“Pondok Pesantren tidak hanya identik dengan kitab kuning tapi juga harus berprestasi di bidang olahraga. Dengan olahraga diajarkan kejujuran dan keikhlasan. Pada Liga Santri, sportivitas dan profesionalisme tetap dijunjung tinggi. Bahkan para pemain sangat menghormati pelatih dan wasit. Saat diberi kartu kuning dan kartu merah, mereka malah cium tangan wasit. Saya, tanya kenapa cium tangan. Menurut para santri, ini karena mereka diajarkan saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling mengingatkan dalam kesabaran,” kata Menpora.

Imam berharap ke depan akan ada klub sepakbola besar dari kalangan pondok pesantren yang bisa bertanding melawan klub-klub nasional, bahkan internasional. Selain itu, Imam juga meminta kepada santri agar terus mengembangkan diri untuk meneruskan estafet perjuangan para sesepuh. Perlu dipikirkan bagaimana menciptakan santri agar memiliki daya saing yang tinggi. Santri juga bisa memberikan kontribusi kepada negara dalam hal pembangunan dan mengupayakan kesejahteraan masyarakat.

Haul PETA yang dihadiri ribuan jamaah dilaksanakan oleh murid yang telah berbaiat Syadziliyah dan Qodiriyah kepada KH Mustakim bin Husein, KH Abdul Djalil Mustaqim, dan KH Harir Muhammad Sholahudin. Sultan Agung 78 adalah yayasan pondok PETA yang ditunjuk sebagai panitia tingkat kabupaten dan desa. (sit)