Goro Goro Bhineka Keramik

Kastara.id, Jakarta – “Ada dua hal yang membuat acara ini bisa terwujud. Yang pertama adalah ini merupakan impian lama saya yang sejak masih duduk di bangku perkuliahan. Dan kedua, sifat personal efek dari terapi otak sehingga memori masa lalu dalam otak menggedor-gedor untuk kembali ke masa lalu bermain dengan garis dan warna, serta bergelut dengan media seni rupa,” ujar Butet mengawali pembicaraan tentang pameran tunggalnya.

Butet mengakui, sesungguhnya pameran ini berangkat dari keprihatinan dan kegemasannya melihat bangsa ini. Kebhinekaan yang menjadi impin para leluhur bangsa menjadi sebuah kutukan ketika kebhinekaan dirasakan justru menjadikan sesama manusia bangsa ini saling melotot, mengancam bahkan saling menikam.

“Ternyata panggung tidak cukup mengartikulasikan harapan saya sebagai seniman juga warga bangsa ini bisa melakukan dengan caranya masing-masing untuk mempertahankan kebhinekaan tersebut,” tambah Butet.

Menurutnya, hal ini tidak bisa dibiarkan, kesenian harus melakukan sesuatu bisa melalui panggung panggung pertunjukan, monolog, program pertunjukan dengan melalui teater. Bahkan di televisi, semua itu bukan hanya keinginan Butet, tetapi kita semua untuk mengartikulasikan kebhinekaan yang harus terawat dan terjaga.

Butet yang lahir dari keluarga seniman Bagong Kusudiarjo memang luar biasa. Dirinya mampu mempertahankan bakat seni hingga 40 tahun. Seni memang sudah menjadi bagian penting dari kehidupannya sejak lahir. Menempuh pendidikan di sekolah seni rupa Indonesia sekolah menengah kejuruan setingkat SLTA bidang seni rupa di Yogyakarta, kemudian melanjutkan ke Akademi Seni Rupa Indonesia yang sekarang menjadi Institut Seni Indonesia masih di kota yang sama.

Kegiatan seni sudah banyak dilakoninya mulai menjadi aktor teater di dunia panggung dengan kelompok teater Gandrik, bahkan di kelompok teater yang lain. Ia juga menjadi aktor dari beberapa film layar lebar serta bersama Djajuk Ferianto mendirikan kelompok musik Kua Etnika serta berbagai bentuk kesenian yang lain.

Menurut Wicaksono Adi yang menjadi kurator pamerannya, Butet merupakan seniman multitalenta dan penuh dengan terobosan yang spektakuler. Seperti pameran ini merupakan pameran yang paling banyak dari yang pernah ada. hal itu terlihat dari 138 karya yang menandakan Butet sangat pruduktif di tengah kesibukannya.

Butet melakukannya dengan cara personal meggambarkan obyek celeng supaya kita dapat melihat ke dalam diri supaya lebih menjadi bijak dan teduh. Dengan tetap menyelipkan kesan-kesan seperti hidup hanya untuk mampir ketawa yang mengartikan hidup itu harus senang. Juga tentang spiritualitas yang menampilkan sosok Yesus yang sekarang sudah diobral.

“Mari kita rayakan kehidupan ini dengan sisi yang lebih terang dan lebih gembira untuk menyusun Indonesia dalam derajat yang paling personal hingga yang paling kolektif.” pesan Butet. (koes)