Panen Raya

Kastara.id, Karawang – Menteri  Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Karawang, Jawa Barat (3/1) dalam rangka Panen Raya Padi di masa paceklik. Panen tersebut merupakan bukti keberhasilan Upaya Khusus (Upsus) Pertanian dan pemberian alat pertanian Mesin Combine Harvester untuk petani di wilayah tersebut.

Dengan adanya panen di masa paceklik, Mentan Amran Sulaiman mengatakan optimistis stok pangan nasional aman, setidaknya periode Januari-April 2018. Bahkan, stok beras akan surplus.

“Insya Allah stok kita aman, kurang lebih 1 juta ton. Kalau stok 1 juta di September, itu kita harus hati-hati. Tapi stok 1 juta jatuh di Januari, itu tidak ada masalah,” kata Amran.

Mentan menyampaikan, sekitar 1 juta hektare padi di seluruh Indonesia panen pada Januari ini. Pada Februari, akan panen 1,7 juta hektare padi, Maret 2,1 juta hektare, April kurang lebih 2 juta hektare. “Januari surplus, Februari apalagi,” ujar Amran.

Menurut Amran, yang sekarang disiapkan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Badan Urusan Logistik, menghadapi puncak musim panen. Dia mengatakan, di musim panen stok beras akan melimpah. “Karena surplusnya untuk Jawa Barat saja 800 ribu ton, Jawa Timur 1 juta ton. Ini harus diserap, supaya petani menikmati harga yang baik,” tutur Amran.

Mentan Amran berharap Badan Urusan Logistik (Bulog) bisa maksimal menyerap gabah langsung dari petani. Stok pangan pada Januari ada 1 juta ton. Stok pangan akan semakin melimpah karena pada puncak panen bisa menghasilkan 5 juta ton gabah. Karena itu, Amran minta Bulog siap-siap agar produksi padi bulan ini tidak sia-sia.

“Seharusnya Bulog serap 70 persen. Kalau serap 70 persen, kami garansi tahun ini tidak ada impor (beras). Ini tahun ketiga tidak ada impor. Ini sejarah pertama dalam pertanian,” ujarnya.

Selama ini, Bulog menyerap 30 persen gabah dan 70 persen beras. Imbasnya, petani tidak menikmati harga pokok penjualan (HPP) yang sudah ditetapkan pemerintah.

Amran menambahkan, pemerintah berhasil menghilangkan musim paceklik pada November, Desember, hingga Januari. “Caranya petani menanam padi tiga bulan sebelumnya, yakni Juli, Agustus, dan September. Dahulu yang ditanami padi hanya 500 ribu hektare, sekarang 1 juta,” katanya.

Penanaman harus menyesuaikan kebutuhan bulanan nasional. Kalau kebutuhan setiap bulan sebanyak 2,5 juta ton beras, produksi harus melebihi itu agar stok beras nasional aman.

Menurutnya, di masyarakat masih ada trauma paceklik. Padahal, lanjut dia, pemerintah sudah membangun pertanian modern dan paradigma baru di pertanian, yakni tiada hari tanpa tanam, tiada hari tanpa panen.

Pemerintah memperbaiki infrastruktur, seperti irigasi, waduk, dan pompa air. Peralatan pertanian tradisional diganti dengan yang modern, seperti combine harvester, mesin untuk panen padi.

“Kami menciptakan benih tahan hama. Produksinya bisa 10 ton (per hektare), namanya invari 43 dan 42. Ada pemahaman, jangan tanam terus menerus, hama banyak. Ya hamanya diselesaikan, jangan (waktu) tanamnya yang dimundurin. Persoalannya diselesaikan, bukan produktivitasnya diturunkan,” tegasnya. (mar)