Young Composers Meeting

Kastara.ID, Apeldoorn – Tepuk tangan meriah memenuhi ruang utama pusat budaya Gigant di Apeldoorn, Belanda, mengakhiri lantunan musik yang dibawakan oleh Orkest Ereprijs. Komposisi kontemporer tersebut merupakan karya Nursalim Yadi Anugerah, pemenang penghargaan utama “Ereprijst” tahun 2018.

Yadi menerima komisi untuk menggubah suatu karya untuk orkestra (ensemble) tanpa vokal dengan durasi 10 menit untuk ditampilkan pada malam final Young Composers Meeting ke-25 tahun ini. Gubahan Yadi yang berjudul “Risalah Waktu” menonjolkan nada dan frekuensi dari berbagai jenis gong yang merepresentasikan waktu dan medium manusia untuk berkomunikasi dengan Sang Khalik.

Tidak hanya karya Yadi yang ditampilkan pada malam final 1 Maret 2019 tersebut. “Suling Teu Silung” yang terinspirasi dari musik tradisional suling bambu Jawa Barat sempat memukau para penonton. Hilmi Righa Mahardika, sang penggubah, adalah satu dari enam belas peserta yang terpilih dari 174 pendaftar untuk mengikuti 25th Young Composers Meeting yang berlangsung tanggal 24 Februari-1 Maret 2019. Hilmi mengatakan bahwa dirinya merasa sangat beruntung dapat masuk dalam seleksi dan diberi kesempatan untuk mendapatkan pelatihan bersama lima belas peserta lainnya dari berbagai negara.

Tidak hanya dirinya diperkaya dengan pelatihan oleh para komponis senior, tetapi juga melalui perbedaan gaya dari masing-masing komponis. Ketika ditanya apa harapannya setelah berpartisipasi dalam YCM ini, dikatakannya bahwa dirinya ingin semakin mendalami musik kontemporer, mengingat masih sangat sedikit komponis musik kontemporer di Indonesia.

Yadi sebagai penerima penghargaan utama tahun lalu menyampaikan harapannya agar lebih banyak komponis muda berbakat Indonesia yang dapat mengikuti program ini. Baginya, keikutsertaan di tahun 2018 telah membuka wawasan dalam menggubah lagu, utamanya dalam proses latihan dan komunikasi dengan para pemain orkestra yang berbeda dari di Indonesia. Yadi juga berhasil memperluas jejaring di dunia musik kontemporer internasional dan telah diminta untuk menggubah lagu oleh beberapa pihak.

Yadi sendiri juga merasa beruntung atas dukungan Barbara Brouwer, istri mendiang Sitor Situmorang dalam partisipasinya tahun lalu. “Saya sangat berharap bahwa akan lebih banyak lagi komponis muda Indonesia maupun penyair muda Indonesia dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seni dan budaya di Belanda. Hal ini tentunya untuk kemajuan kedua bangsa kita (Indonesia dan Belanda),” ungkap Barbara Brouwer.

Young Composers Meeting adalah kegiatan tahunan Orkest de Ereprijs yang ditujukan untuk memberikan wadah bagi para komponis muda untuk menciptakan suatu gubahan musik kontemporer bagi suatu orchestra/ensemble, sekaligus mengembangkan bakat, pengetahuan, dan jejaringnya. Selama satu minggu para peserta diberikan tambahan pengetahuan, pelatihan individu oleh komponis senior, serta latihan-latihan bersama. Komponis muda Indonesia berhasil lolos seleksi dan berpartipasi dalam program ini sejak tahun 2017. (nad)