Digitalisasi

Kastara.ID, Jakarta – Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Bambang Satrio Lelono mengatakan, saat ini pemerintah tengah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi hilangnya 23 juta pekerjaan akibat digitalisasi pada 2030 mendatang.

“Karena ada adopsi, otomatisasi dan kecerdasan buatan dalam proses produksi, lapangan pekerjaan yang tumbuh akan lebih banyak lagi, yaitu antara 27-46 juta pekerjaan. Permasalahannya pekerjaan baru itu membutuhkan tuntutan kompetensi yang baru. Inilah yang harus kita siapkan,” ujarnya (3/5).

Beberapa strategi yang telah disiapkan adalah pemanfaatan teknologi digital untuk memperkuat analisis dan pengembangan informasi pasar tenaga kerja.

Dalam hal ini telah dibangun sistem informasi ketenagakerjaan (Sisnaker), yakni ekosistem digital yang akan menjadi platform bagi segala jenis layanan publik dan aktivitas ketenagakerjaan baik di pusat dan daerah.

“Artinya kita bisa memberikan penguatan, bisa meningkatkan akses informasi pasar kerja, layanan ketenagakerjaan kepada seluruh stakeholder yang ada,” tuturnya.

Di samping itu, Kemenaker juga tengah mentransformasikan model pelatihan kerja menjadi berbasis digital. Caranya, dengan mengurangi pelatihan tatap muka dan menggabungkannya dengan pelatihan online.

“Kami buat satu kebijakan dengan blended training, artinya kita memanfaatkan teknologi digital untuk men-delivery pelajaran yang bersifat teori dan pengenalan praktik, dan melakukan offline untuk praktiknya,” jelasnya.

Bambang juga mengatakan, pada 2030 mendatang kebutuhan digital talent di Indonesia diprediksi mencapai 9 juta orang.

“Meskipun kita masih khawatir tahun ini tidak capai 5 persen, saya optimis apabila kita bisa memanfaatkan teknologi digital untuk menjawab tantangan ketenagakerjaan ke depan kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 5-6 persen,” pungkasnya. (ant)