Tari Topeng Betawi

Kastara.ID, Jakarta – Jakarta tidak hanya dikenal kaya akan kesenian Ondel-ondel dan Gambang Kromong, tapi juga Tari Topeng Betawi. Tari yang sudah ada sejak tahun 1930 ini sempat populer pada zamannya namun kembali meredup akibat tergerus tari modern.

Walau demikian, di Ibukota masih terdapat sanggar seni yang terus menjaga kelestarian kesenian asli warisan nenek moyang ini. Salah satunya Sanggar Ratnasari yang bermarkas di Jalan Masjid Baiturrohmah, RT 02/01, Ciracas, Jakarta Timur.

“Tari topeng Betawi merupakan salah satu tarian tradisional Betawi yang sudah ada sejak tahun 1930,” ujar Entong Sukirman, Pimpinan Sanggar Ratnasari, Jumat (5/6).

Sukirman menuturkan, Sanggar Ratnasari diambil dari nama Ratnasari yang merupakan tokoh penari topeng terkenal. Meski sudah tidak aktif menari lagi, tari topeng warisan Ratnasari terus dilestarikan pihak keluarganya secara turun temurun.

“Sanggar ini sudah berdiri dari tahun 1976 dan dilestarikan tiga generasi di keluarga saya. Generasi pertama itu dari kakek saya yang bernama Makinang kemudian dilanjutkan Kong Jihun, ayah saya lalu saya sendiri sebagai generasi ketiga,” ungkapnya.

Menurut Sukirman, dalam Tari Topeng Betawi, para penari selalu menggunakan topeng sebagai ciri khas. Pertunjukan tari ini juga dipadukan dengan unsur musik dan nyanyian khas Betawi.

“Tari ini dibawakan secara teatrikal dan komunikatif dengan gerakan yang gemulai,” terangnya.

Lebih jauh Sukirman menjelaskan, Tari Topeng Betawi menggambarkan perilaku manusia di kehidupan sehari-hari dalam tiga motif topeng. Pertama, topeng putih bernama Panji yang menjadi simbol kelembutan perempuan.

Kedua, topeng merah muda bernama Sanggar yang melambangkan sikap centil dan genit dari perempuan. Ketiga topeng raksasa berwarna merah tua bernama Jingga yang menjadi simbol orang kuat dan angkuh

“Dulu Tari Topeng Betawi cukup sakral karena dipercaya dapat mengusir roh jahat. Tapi sekarang, tarian ini hanya tampil untuk acara khitanan, pernikahan dan kegiatan seni budaya,” tuturnya.

Hingga saat ini, Tari Topeng Betawi terus dilestarikan Sukirman di Sanggar Ratnasari. Tercatat ada 60 murid yang aktif berlatih tari di sanggarnya setiap Rabu dan Sabtu dari pukul 15.00-17.00.

“Alasan saya terus melatih tari karena saya ingin Tari Topeng Betawi bisa kembali populer dan disukai generasi muda,” tandasnya. (hop)