Kelirumologi

Oleh: Jaya Suprana

NASKAH Rukun Agawe Santoso (30 November 2019) memperoleh aneka-ragam tanggapan melengkapi permasalahan yang sempat memicu heboh para warganet berbahasa Indonesia di planet bumi masa kini.

Gado-gado Campur Salad
Mantan rektor Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara merangkap mahaguru bushido saya, Romo Dr. Simon Lili Tjahjadi mengaku di dalam tubuhnya mengalir sekitar 5 liter darah Sunda, sisanya China Hokkian dan Gek, lama hidup di Jerman, kenal cukup baik filsafat Jepang, dan budaya Jawa Mataram. Lingkungan akrab Islam, lahir sebagai Budhis Konfusianis, saat remaja dididik di Sekolah Protestan, jadinya Katolik.

Nah, siapa beliau sebenarnya? Bhinneka Tunggal Ika! Sementara astronom dan filosof Dr Karlina Supeli menegaskan bahwa bangsa Indonesia sebetulnya perlu bangga, ada begitu banyak variasi “darah” menjadikan Indonesia sebagai tanah tumpah darah. Sayangnya banyak warganet tidak paham perbedaan antara manusia biologis (bawaan lahir) dengan manusia politis (warga negara) dan manusia budaya (bangsa). Ibu kandung Dr. Karlina secara biologis Belanda totok tetapi secara politis memilih jadi WNI maka secara budaya hibrida. Anak-anaknya jadi gado-gado campur salad.

Pesantren dan Aktivis 

Sahabat saya seorang tokoh pimpinan pesantren yang keberatan namanya disebut merasa heran kenapa harus heboh hanya akibat pernyataan seseorang saja, padahal sejumlah orang dipuja meski terang-terangan menolak mengaku sebagai orang Indonesia. Lihatlah “Al Baghdadi” artinya “Orang Bagdad”, “Al Yamani” artinya “Orang Yaman”, “Al Habsyi” artinya “Orang Habasyah” dan lain-lain. Sementara aktivis pembela hak perempuan dan rakyat kecil, Dr Nursyahbani Katjasungkana menyampaikan terima kasih atas ikhtiar upaya sederhana saya meredakan kehebohan yang sebenarnya tidak perlu dihebohkan. (*)

* Penulis pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan pendamba suasana Rukun Agawe Santoso.