Oleh: M. Nigara

TIDAK terkejut. Itu kesan saya ketika Jumat (5/7) serombongan Emak-Emak mendatangi Kertanegara 4, kediaman Prabowo Subianto. Jumlah mereka yang hadir ke situ tidak banyak, tapi ini gerakan murni Emak-Emak. Pendukung paling depan dan paling militan.

Ini bisa dipastikan bukan poros ke-3 seperti tudingan kelompok ‘ekstrim’ Gerindra yang menugaskan beberapa orang agar menulis dan menciptakan khayal konyol. Ya, belakangan, kelompok ekstrim itu menghembuskan adanya poros-3 yang disebut anti Jokma dan ogah Prabowo. Bahkan secara keji kelompok ektrim itu menuding poros-3 telah menunggangi capres 02 untuk kepentingan lain.

Tudingan itu bukan hanya konyol karena berisi fitnah dan adu-domba, tapi juga menurut catatan saya sebuah penghinaan terhadap Prabowo. Kelompok itu tak percaya bahwa Prabowo sangat kuat, karena ternyata menurut mereka Prabowo mudah dan telah dutunggangi oleh pihak lain. Sementara bagi Emak-Emak dan para pendukung lain, sosok Prabowo adalah sosok yang tangguh. Artinya tak mungkin ditunggangi oleh siapa pun.

Sama
Keji dan konyol. Di sisi lain, kelompok itu mengangkat Prabowo setinggi langit. Mereka menegaskan bahwa Prabowo telah berkorban ekstra besar dan keras untuk perjuangan ini. Sementara poros khayalan, mereka tuding tidak berkorban apa pun. Namun poros khayal itu meminta Prabowo tidak boleh menyerah. Tidak boleh koalisi, rekonsiliasi, dan si-si lainnya.

Jumat siang, kelompok Emak-Emak datang. Mereka memberi peringatan sayang untuk Prabowo. Bentuknya ya seperti itu, membawa poster dan menyatakan pendapat agar Prabowo bertahan untuk tidak mau bergabung dengan Jokowi.

Ndilalah kok ya intinya sama seperti poros khayal ciptaan kelompok ekstrim itu. Apa yang disampaikannya senada dan sebangun dengan tuntutan poros khayal itu. Pertanyaannya, beranikah kelompok ekstrim menuding Emak-Emak sebagai poros-3? Beranikah mereka menuding Emak-Emak menunggangi Prabowo? Beranikah mereka menyebut Emak-Emak tidak berkorban?

Tolong catat wahai kelompok ekstrim, Emak-Emak tidak memiliki kepentingan apa pun. Kalau anda, samakah? Emak-Emak hanya ingin perubahan. Kalau anda, samakah? Tak perlu anda jawab, kami insyaa Allah bisa merasakan perbedaannya.

Kebetulan Prabowo nyapres dan berseberangan dengan Jokma, maka Emak-Emak tak sungkan mendorong Prabowo. Harapan mereka begitu tinggi, bahkan melebihi semua yang tergabung dalam kelompok ekstrim tadi.

Emak-Emak tak memperdulikan berapa besar tenaga, material, bahkan tak sedikit yang rela melepas pekerjaan hanya untuk mendukung Prabowo. Tak kenal waktu, tak takut situasi. Hebatnya, tak sesen pun menerima apapun dari BPN apalagi dari kelompok ekstrim itu. Dan saya haqul yakin, jika dijumlahkan nominal yang telah dikeluarkan oleh Emak-Emak, pasti jauh lebih besar dari siapa pun. Dan tak bisa dinilai dengan apa pun, karena keterpanggilan dan keikhlasan dasarnya.

Sementara anda yang ada di kelompok ekstrim, samakah?

Jadi, Emak-Emak itu pasti tulus meminta Prabowo untuk bertahan di posisinya, di luar pemerintahan. Emak-Emak berharap Prabowo tak mau mendengarkan bujuk-rayu kelompok ekstrim itu. Emak-Emak dipastikan tidak akan mengambil keuntungan secara pribadi. Tapi, kelompok ekstrim yang menuding adanya poros ke-3, sangat mungkin justru akan menarik keuntungan secara pribadi jika Prabowo bergabung ke Jokowi.

Agar situasi tidak terus bergerak ke titik nadir, Prabowo hendaknya mau bersuara. Suara lantang, seperti ketika ia memimpin pasukan. Ayo Pak Prabowo, pekikkan suaramu. Katakan: “Saya TIDAK akan BERGABUNG. Saya TETAP BERSAMA RAKYAT!” (*)

*Wartawan Senior