Kastara.id, Jakarta – International Pharmaceutical Manufactures group (IPMG) sebuah asosiasi yang beranggotakan 25 perusahaan farmasi international berbasis riset di Indonesia memaparkan pandangannya terhadap peluang dan tantangan industri farmasi di tahun 2017. Hal tersebut mengemuka dalam sebuah diskusi dengan tagline ‘Outlook Industri Farmasi 2017” di Jakarta (22/3).

Menurut data IMS Health, pasar industri farmasi tumbuh 7,49 % hingga kuartal keempat tahun 2016 lebih tinggi dari tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar 4,92%. IPMG memperkirakan pertumbuhannya terus melaju di tahun 2017. Salah satu faktor pendorongnya adalah meluasnya jangkauan kepesertaan Jaminan Kesehatan Naional (JKN) atau BPJS Kesehatan yang mencapai 175 juta anggota hingga bulan Maret 2017 atau 66 % dari keseluruhan populasi di Indonesia. Hal ini tak terlepas dari dukungan pemerintah Indonesia dalam menjadikan industri farmasi sebagai salah satu industri prioritas serta meluncurkan roadmap industri farmasi dan alat kesehatan pada akhir bulan Februari 2017 lalu.

Namun IPMG mencermati bahwa terdapat ruang untuk peningkatan dalam pelaksanaan pengelolaan JKN yang selama ini mempengaruhi kesuksesan program itu menghambat pertumbuhan industri farmasi dan menghambat akses masyarakat kepada obat-obatan berkualitas dimana JKN masih berkutat pada masalah defisit keuangan dalam programnya yang mencapai sekitar 6,23 triliun.

Untuk mengatasi hal tersebut sekaligus menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan dari industri farmasi nasional, IPMG menilai investasi di sektor riset dan pengembangan dan bahan baku industri menjadi peluang yang bisa dimaksimalkan oleh pemerintah. Apalagi bahan baku industri telah ditetapkan menjadi prioritas utama dalam roadmap industri farmasi.

“Riset dan pengembangan merupakan pondasi dari industri farmasi. Obat-obatan inovatif merupakan hasil dari riset dan pengembangan yang merupakan komponen utama untuk meningkatkan tingkat peluang hidup di dunia, dengan menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahunnya dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujar Ketua Umum IPMG Jorge Wagner.

Terkaitan investasi di sektor riset dan pengembangan, IPMG merasakan perlu adanya kalaborasi antara pemerintah dengan swasta untuk bersama-sama menjawab tantangan yang menjadi kendala bagi pelaku industri farmasi. Di antaranya seperti proses penyetujuan obat baru yang masih sangat lama, sertifikasi produk halal, tingkat kandungan dalam negeri, obat palsu, dan hak kekayaan intelektual.

IPMG sebagai pelaku industri dan salah satu pemangku kepentingan di sektor kesehatan akan terus berkomitmen untuk dapat berkontribusi terhadap perbaikan dan peningktan sektor kesehatan Indonesia. (koes)