Oleh: M. Nigara

PEDIH dan sesak rasanya. Begitu perasaan saya ketika membuka video kiriman Jenderal (Purn) Tyasno Sudarto, mantan KSAD di WA, Selasa (7/5) pagi. Heroisme anak-anak muda Kota Surabaya yang tergabung dalam pasukan Tentara Kesatuan Rakyat (TKR), bahu membahu dengan rakyat lain di Perang 10 November.

Dahsyat. Dan sejarah telah mencatatbukukan kemenangan Bung Tomo, TKR, dan rakyat Indonesia. Inggris dan Belanda lari terbirit-birit. Perang yang dimulai sejak 30 Oktober itu, telah menewaskan Brigadir Jenderal Mallaby, dari Britania Raya.

Yang membuat pedih dan sesak bukan cuplikan perang, tapi paduan narasinya. Apalagi yang memberikan itu adalah seorang kakak yang pernah menjadi garda terdepan di Angkatan Darat. Seorang sahabat yang sejak masih menggunakan baju hijau lengkap dengan bintang empatnya, selalu murah senyum dan ramah. Jauh dari kesan menyeramkan seperti sekarang.

Ini petikannya:
[7/5 00:02] Tyasno Sudarto Baru: TNI lahir dari RAKYAT.
TNI berjuang bersama RAKYAT.
TNI melindungi RAKYAT.
TNI bekerja untuk kepentingan RAKYAT.
[7/5 00:02] Tyasno Sudarto Baru: TNI ADALAH TENTARA RAKYAT.
TNI ADALAH TENTARA PEJUANG.
TNI ADALAH TENTARA NASIONAL.
[7/5 00:02] Tyasno Sudarto Baru: Kekuatan TNI terutama adalah KEMANUNGGALAN dengan RAKYAT.
[7/5 00:02] Tyasno Sudarto Baru: Sejarah telah menentukan semua itu. Maka janganlah TNI dan KITA semua meninggalkan sejarah.
ALLAH SWT meridhoi dan melindungi kita. Amin YRA.

Baca baik-baik duhai saudara-saudaraku para anggota TNI. Cermati dalam-dalam duhai saudaraku para anggota TNI. Jangan engkau menyesal di kemudian hari.

Rakyat dan TNI adalah satu jiwa dengan dua raga. Tanpa rakyat, TNI tak pernah terlahirkan. Rakyatlah sesungguhnya yang menginisiasi kelahiran TNI. Jadi, tak berlebihan jika kita: Rakyat dan TNI adalah saudara kembar. Seharusnya, jika rakyat tersakiti, TNI harus merasakannya. Sebaliknya demikian.

Ingat juga duhai saudara-saudaraku para anggota TNI. Kami rakyat, di dalamnya tentu ada bapakmu, ibumu, kakakmu, adikmu, kakekmu, nenekmu, pamanmu, bibimu. Ada juga kami, sahabat-sahabatmu. Ingat juga duhai sahabatku, pertemuan kita bukan hanya di sini, di dunia ini. Kita pasti akan bertemu di akhirat nanti!

Sahabatku para anggota TNI. Ketahuilah sebaik-baik kita bersaksi di hadapan Sang Khalik, adalah kesaksian tentang kebaikan. Kami rakyat, akan menjadi saksi tentang perbuatan indahmu. Insyaa Allah surga menantimu.

Dan seburuk-buruk kesaksian adalah bersaksi tentang kejahatan. Jika itu yang terjadi, dan engkau melakukannya atas nama apapun, maka neraka jahanamlah tempatnya. Nauzubillah suma nauzubillah.

Untuk itu, lihatlah kami. Kami bukan musuhmu. Kami tidak ingin membuat gaduh. Kami hanya ingin KPU dan Bawaslu jujur. Jujur dalam melaksanakan tugas mulianya. Jujur dengan apa yang telah menjadi hak kami, menentukan pilihan.

Kami hanya ingin engkau mengawal kami, menjaga kami seperti ketika kami menjaga engkau saat bayi dulu. Kami tidak ingin apa-apa. Kami juga tidak butuh kuasa. Kami hanya ingin engkau, sahabatku para anggota TNI melihat dengan nuranimu. Inilah saatnya engkau menentukan pilihan, terus bersama kami hingga surga atau …. Nauzubillah.

Semoga Tuhan bersama kita. (*)

*Wartawan Senior