Kastara.ID, Jakarta – Kelas Wacana Tari Gumarang Sakti kembali hadir setelah pelaksanaan perdananya secara daring pada 2022 lalu. Untuk makin memperdalam materi tentang wacana tari, Kelas Salihara 2023 akan kembali melangsungkan Kelas Wacana Tari Gumarang Sakti melalui pertemuan tatap muka yang akan diadakan secara daring dan luring. Kelas Wacana Tari Gumarang Sakti akan dilaksanakan pada 26-28 Mei 2023 di Komunitas Salihara dengan pengampu Helly Minarti dan Benny Krisnawardi.

Gumarang Sakti sendiri merupakan kelompok tari kontemporer terpenting dari Sumatera Barat pada era 1980 hingga 1990-an yang didirikan oleh Gusmiati Suid. Di tahun-tahun tersebut banyak tari kontemporer Indonesia yang dipengaruhi oleh gaya dari Gumarang Sakti. Gusmiati Suid (1942-2001) adalah maestro tari asal Sumatera Barat yang pernah mendapatkan penghargaan tari bergengsi The Bessie Awards (Amerika) pada 1991.

Melalui kelas ini peserta akan diajak untuk mempelajari teknik tubuh dasar dan koreografi dari Gumarang Sakti lewat penelusuran arsip dan teknik tari berdasarkan Silek (Pencak Silat Minangkabau). Peserta akan diajak menelisik karya koreografi Limbago yang dikomposisi oleh Gusmiati Suid melalui tontonan video Modul Akar yang bisa disaksikan sebelum mengikuti kelas. Selain itu, peserta juga akan mempelajari sejarah singkat mengenai Gumarang Sakti melalui karya dan kolaborasi yang dilakukan oleh Gusmiati Suid dan Boi Sakti lewat penelusuran melalui kliping koran/majalah dan video pertunjukan kelompok tari Gumarang Sakti.

Helly Minarti selaku kurator independen sekaligus pengampu dalam kelas ini mengatakan bahwa Gumarang Sakti dan koreografi dari Gusmiati Suid menjadi penting terutama dalam perjalanan tari kontemporer Indonesia. “Tari bukan sekadar hiburan karena ia juga mengandung sejarah ketubuhan kita sebagai orang Indonesia. Koreografi bukan sekadar menata gerak tubuh di dalam ruang melainkan seni berpikir kritis dalam wacana, kedua prinsip ini tercermin dalam rekam jejak Gusmiati Suid pendiri Gumarang Sakti yang sangat mempengaruhi perjalanan tari kontemporer kita,” ungkapnya.

Pernyataan tersebut mengukuhkan bahwa kelas ini sangat cocok bagi para praktisi, koreografer, peneliti, maupun publik yang berminat mengembangkan praktik ketubuhannya melalui pengayaan wacana tari atau sekadar ingin mengetahui lebih banyak tentang tari modern/kontemporer di Indonesia. Para peserta yang mengikuti Kelas Wacana Tari Gumarang Sakti akan mendapatkan fasilitas seperti menginap di Wisma Salihara serta mendapat satu kali makan dan snack selama program berlangsung.

Peserta juga akan mendapatkan sertifikat digital serta dapat mengakses Modul Akar (makalah, video, kliping) hingga akhir 2023. Juga disediakan opsi bagi peserta yang hanya ingin melihat Modul Akar saja dan juga bisa diakses hingga akhir 2023. Rangkaian kelas ini dapat diikuti dengan biaya Rp 800.000 (Kelas + Modul) dan Rp 400.000 (Modul saja) yang dapat diakses melalui kelas.salihara.org.

Seperti diketahui, Helly Minarti bekerja sebagai kurator independen di Jakarta. Ia mengkuratori Indonesian Dance Festival (2014 & 2018), Art Summit Indonesia: Reposisi (2016) dan beberapa acara internasional seperti edisi pertama Asia Windows Series untuk Asian Arts Theatre (2015), Monsoon: Asia-Europe Exchange (2006) dan 2nd Asia-Europe Dance Forum (2004). Helly juga terpilih menjadi Ketua Bidang Program Dewan Kesenian Jakarta untuk dua periode berturut-turut sejak 2013. Ia menerima British Chevening Awards (1999), Asia Fellows (2004, 2006), Asian Cultural Council (2011). Helly merampungkan studi doktoral dalam bidang kajian tari di Universitas Roehampton, London, pada 2014, dengan disertasi berjudul “Modern and Contemporary Dance in Asia: Bodies, Routes and Discourse”.

Sedangkan Benny Krisnawardi adalah penari dan penata tari. Pada 1986 ia bergabung dengan kelompok tari Gumarang Sakti pimpinan Gusmiati Suid. Ia pernah tergabung dalam beberapa kelompok tari, seperti Cipta Dance Company dan Deddy Luthan Dance Company. Ia juga sempat berkolaborasi dengan sejumlah koreografer, seperti Gerard Mosterd (Belanda) dan Katia Engel (Jerman). Ia beberapa kali mementaskan pertunjukan keliling dengan kelompok tari luar negeri, di antaranya bersama produksi Lear Asia (Japan Foundation) dan karya sutradara Ong Keng Sen (Singapura). Pada 2000 ia mendirikan kelompok tari Sigma Dance Theatre Indonesia. (har)