Pangeran Muhammad bin Salman

Kastara.Id, Jakarta – Seorang mantan badan intelijen Arab Saudi, Dr. Saad Aljabri mengatakan, Putra Mahkota Muhammad bin Salman sempat mengirim tim untuk mencoba membunuhnya. Tim tersebut dikatakan, sama dengan mengirim tim yang turut menghabisi jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Sementara pemerintah Saudi ataupun kedutaan mereka di Washington D.C., belum memberikan tanggapan soal itu.

Menurut sumber mantan petinggi badan intelijen AS, mereka sudah mengendus rencana itu karena Pangeran Salman merasa Aljabri membahayakan kekuasaan sang ayah.

“Mereka tahu bin Salman mencoba membujuk Aljabri supaya pulang dan gagal, makanya bin Salman mencoba menghabisinya di luar negeri,” kata sumber itu.

Aljabri menyatakan, sembilan bulan sebelum tim pembunuh itu tiba di Kanada, Badan Penyelidik Federal AS (FBI) sudah memperingatkan anak lelakinya, Khalid. Namun, FBI maupun Badan Intelijen AS (CIA) belum memberikan komentar soal hal ini.

Aljabri merupakan tangan kanan Pangeran Muhammad bin Nayef. Keduanya menjalin hubungan erat dengan intelijen AS dan dilaporkan bahu-membahu memerangi terorisme setelah peristiwa serangan ke gedung World Trade Center di New York pada 11 September 2001.

Sementara menurut mantan agen CIA, Douglas London, bin Salman sebenarnya berupaya menangkap Aljabri hidup-hidup ketimbang mati.

“Pangeran bin Salman ingin menghapus ancaman yang ditimbulkan Aljabri, sebab dia mengetahui seluk beluk keluarga kerajaan dan semua yang terlibat serta jejaringnya. Hal itu membuat dia dinilai bisa menimbulkan masalah terhadap putra mahkota,” kata London.

Saat ini Pangeran bin Salman tidak mengizinkan dua anak Aljabri pergi menyusulnya ke luar negeri. Aljabri sudah memohon supaya kedua anaknya dibolehkan pergi, tetapi Pangeran bin Salman hanya membalas melalui pesan WhatsApp, “Jika saya bertemu kamu saya akan menjelaskan semuanya. Saya ingin kamu pulang besok”.

Perebutan kekuasaan di tubuh keluarga kerajaan Arab Saudi terjadi antara Pangeran bin Salman dan sejumlah saudara ayahnya. Bahkan, bin Salman sempat memenjarakan sejumlah anggota kerajaan di hotel dengan tuduhan korupsi, sampai mereka berjanji akan setia terhadapnya.

Selain itu, Pangeran bin Salman juga bersikap agresif dalam membungkam pihak-pihak yang mengkritik kerajaan, salah satunya mendiang Jamal Khashoggi.

Menurut Aljabri, Pangeran bin Salman memerintahkan dua tangan kanannya, Saud al-Qahtani dan Ahmad al-Assiri, untuk memantau operasi perburuan terhadap dirinya. Keduanya juga dilaporkan menjadi koordinator 15 orang tim pembunuh yang menghabisi Khashoggi pada 2 Oktober 2018. (har)