Oleh: M. Nigara

PERSIS seperti naik jet coaster, diawali dengan jalan datar yang penuh kegembiraan, kemudian jalan menanjak dipenuhi perasaan gamang, lalu bruuuuussss…., terjun bebas yang menegangkan dan menakutkan. Itulah perasaan saya, dan kita semua yang mengharap perubahan di negeri ini terjadi melalui pemilu dan pilpres 2019. Dinamika permainan perasaannya terus bergejolak, mengocok dan mengangkat serta membanting kita sedemikian rupa.

Sebagai orang yang baru saja melewati ujian puasa, kita: saya dan anda sekalian, makna batiniah puasa kiranya makin menempatkan perhitungan saya bahwa sekitar 120-140 juta rakyat Indonesia yang berharap dan berkeyakinan Indonesia di 2019 akan terjadi perubahan, kian kuat. Juga kuat dengan segala macam bantingan dan tekanan. Tapi, sekuat itukah Prabowo Subianto?

Tentu, harapan kita pun sang jenderal berbintang tiga itu bisa sekuat kita yang rakyat biasa.

Harapan kita bukan tak berdasar. Catatan sejarah yang penuh cerita menyesakkan hati tentang dirinya, begitu panjang dan berat. Fitnah keburukan dan serangan yang menghujam ke jantungnya sudah berjalan begitu lama, namun mampu ia lalui.

Tiga Anak Jadi Korban

Sebagai pribadi, saya tak pernah ragu tentang kekuatan sang jenderal. Saya perlu mengingatkan bahwa Prabowo tetap pantas kita sapa Jenderal, karena jam terbangnya dalam membela negara dalam banyak hal sangat luar biasa. Bahkan jam terbangnya dalam membela agama Islam di kalangan ABRI, juga sangat tinggi. Kita tahu, Panglima ABRI Benny Moerdani, seperti dalam banyak keterangan tercatat sebagai tokoh yang ingin ‘menghabisi’ jenderal-jenderal yang kekanan-kananan (baca: keislam-islaman). Dan terpenting, Prabowo tidak pernah dipecat dari ABRI seperti yang dikatakan banyak pesaingnya.

Tapi, tak salah jika kita ingatkan pada Prabowo bahwa ia tidak boleh menyerah. Ingat Jenderal, dari ratusan korban pemilu dan pilpres, baik saat bertugas di TPS, KPPS, dan juga saat usai unjuk rasa 21-22 Mei 2019, di Bawaslu. Ada tiga anak-anak yang tewas tertembak.

Tiga anak-anak yang sesungguhnya tidak pantas sama sekali untuk jadi korban, apalagi mereka harus tewas dalam keadaan memilukan, menyedihkan. Tapi, Reyhan Fajari (16), Harun (15), dan Rijal Sumanto (15) seperti dituliskan Kumparan News (25/5), faktanya sudah tewas. Untuk itu, jangan pernah menyerah jenderal untuk dan atas nama apa pun.

Kami percaya, hatimu masih kokoh. Kami percaya jiwamu sekuat jiwa kami para pendukung perubahan. Jangan sia-siakan para korban. Jangan sia-siakan ratusan juta rakyat yang menginginkan adanya perubahan.

Kami percaya padamu Jenderal…! (*)

*Wartawan Senior