Kastara.ID, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati kembali menggulirkan rencana melakukan redenominasi rupiah. Hal ini dilakukan agar angka pada mata uang rupiah menjadi lebih sederhana. Rencana tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024. Aturan tersebut diteken Sri Mulyani pada 29 Juni 2020 lalu.
Dikutip pada Rabu (8/7,) PMK 77/2020 menyebut urgensi pemberlakuan (RUU Redenominasi) menimbulkan efisiensi perekonomian berupa percepatan waktu transaksi, berkurangnya risiko human error, dan efisiensi pencantuman harga barang/jasa karena sederhananya jumlah digit rupiah. Itulah sebabnya dalam beleid tersebut, Sri Mulyani meminta Rencana Undang-Undang (RUU) Redenominasi dimasukkan dalam Program Legislasi Nasional Jangka Menengah (Prolegnas) periode 2020-2024. Pasalnya hal itu adalah bagian dari tujuan dan strategis Kemenkeu.
Sebelummya mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution penah menggulirkan wacana redenominasi pada 2010. Kala itu, BI ingin menyederhanakan rupiah dengan memangkas tiga digit nol di belakang. Nantinya, Rp 1.000 akan menjadi Rp 1. Sayangnya rencana tersebut tidak dilanjutkan meski sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas tahun 2013.
Pada 2017, saat BI dipimpin oleh Agus Martowardojo, rencana redenominasi kembali dimunculkan. Namum lagi-lagi tidak dilanjutkan dan tidak dibahas oleh DPR dan pemerintah.
Sementara itu seiring dengan rencana redenominasi, gambar desain uang baru telah bermunculkan di media sosial. Salah satunya dalah uang pecahan Rp 100. Uang ini merupakan hasil penyederhanaan dari uang Rp 100.000. Jika pada uang lama tertera gambar proklamator Soekarno-Hatta, pada uang hasil redenominasi dihiasai gambar pahlawan nasional HOS Tjokroaminoto.
Desain tersebut sudah ada sejak 2013 silam, saat rencana redenominasi pertama digulirkan oleh Gubernur BI saat itu, Darmin Nasution. HOS Tjokroaminoto digambarkan mengenakan peci hitam dan berkumis. (mar)