The 2nd China International Import Expo

Kastara.ID, Shanghai – Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) menggelar forum bisnis Indonesia-Tiongkok di sela gelaran The 2nd China International Import Expo di Shanghai, Tiongkok (6/11). Forum ini merupakan sarana meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara. Acara ini dihadiri Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun, Direktur Jenderal PEN Dody Edward, dan Konsulat Jendaral Republik Indonesia Shanghai Deny W. Kurnia.

“Forum ini menjadi batu loncatan untuk mengembangkan hubungan kemitraan sektor perdagangan dan investasi Indonesia-Tiongkok,” ujar Dody.

Dody menyampaikan, Indonesia dan Tiongkok berada di antara 20 negara ekonomi terbesar di dunia. Kedua Negara merupakan anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan G-20. Selain itu, kedua negara memiliki peran signifikan dalam peningkatan kerja sama ASEAN-China Free Trade Area (FTA).

“Peningkatan kerja sama ASEAN-China FTA tidak hanya akan meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua pihak, namun juga meningkatkan akses pasar secara keseluruhan,” terang Dody.

Dody juga menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok telah memberikan kontribusi ekonomi, baik regional maupun ekonomi dunia. Pada saat yang bersamaan, Indonesia terus tumbuh dan berkembang, memperkuat kondisi internal sebagai pemain ekonomi global dan mitra yang menjanjikan bagi Tiongkok, Asia Timur, dan negara-negara di seluruh dunia.

Indonesia sendiri merupakan hub untuk memasuki pasar ASEAN dengan potensi sebesar 600 juta orang, belum termasuk ASEAN Plus One FTAs; serta Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dengan potensi 3,5 miliar orang, yang tengah dinegosiasikan. Di sektor perdagangan, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Indonesia selama delapan tahun terakhir. Pada 2018, total perdagangan kedua negara mencapai USD 72,6 miliar.

Adapun produk ekspor utama Indonesia ke Tiongkok meliputi gas alam, batu bara, dan pertambangan, kelapa sawit, dan bubur kayu. Sedangkan produk impor Indonesia dari Tiongkok mencakup elektronik, bawang putih, mesin, besi, dan baja.

Dody menambahkan, aspek lain yang sangat penting dalam hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok adalah infrastruktur yang sangat berkaitan dengan investasi. Indonesia berencana mengembangkan 1.000 km rel kereta api yang meliputi kereta api Trans-Sumatera, moda transportasi raya (MRT), dan kereta api ringan (Lite Rapit Transit/LRT). Pemerintah Indonesia juga berencana membangun 8 bandara, 10 pelabuhan laut, 96 rute tol laut, dan 30 Kawasan Ekonomi Khusus.

Selain itu, untuk mendukung pengembangan industri secara keseluruhan, Indonesia juga akan meningkatkan kapasitas listrik dari 50.000 megawatt tahun 2015 menjadi 85.000 megawatt pada 2019. Pada kesempatan ini Dirjen PEN, Dubes RI, dan Konjen RI juga menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan Indonesia dan Tiongkok untuk produk bijih plastik dan sarang burung walet.

“Penandatanganan nota kesepahaman diharapkan dapat meningkatkan ekspor produk potensial Indonesia ke Tiongkok serta menjadi kesempatan meningkatkan nilai merek Indonesia melalui produk premiumnya untuk pasar Tiongkok,” terang Dody.

Sementara itu, Djauhari Oratmangun menyampaikan, hubungan dekat antarpemimpin kedua negara perlu diterjemahkan dalam aktivitas ekonomi seperti ekspor, investasi, pariwisata, dan ekonomi digital. “Ke depan, diharapkan kerja sama ini dapat mengangkat Indonesia menjadi kekuatan besar ekonomi dunia,” katanya.

Dalam forum bisnis ini, diselenggarakan diskusi panel yang menghadirkan pembicara Direktur Kemitraan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Muhammad Ferian; Ketua Umum GAEKI Hutama Sugandhi, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Syahrial Mukhtar, Ketua Umum Asoasiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Adi Harsono, dan perwakilan Badan Koordinasi Penanaman Modal Tengku Puspita.

Selain itu, juga diselenggarakan penjajakan kerja sama bisnis antara pelaku usaha kedua negara atau One-on-One Business Matching. Kegiatan forum bisnis merupakan hasil kerja sama Kemendag dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia Tiongkok, Konsul Jenderal Republik Indonesia di Shanghai, serta Indonesian Trade Promotion Center di Shanghai. (mar)