Golput

Oleh: Jaya Suprana

DI masa Orba, pemilu benar-benar memilukan. Pemilu diatur sedemikian rupa oleh penguasa demi mempertahankan kekuasaan mereka. Maka, cukup banyak tokoh masyarakat seperti Gus Dur dan Arief Budiman menyatakan enggan ikut pemilu.

Mereka yang tidak mau ikut memilih dalam pemilu disebut oleh penguasa sebagai Golput, kemudian dihujat sebagai pengkhianat bangsa yang tidak bertanggung-jawab atas masa depan bangsa.

Syukur Alhamdulillah
Syukur alhamdulillah, rezim Orba digulingkan oleh kaum reformis demi menegakkan pilar-pilar demokrasi di persada Nusantara tercinta. Mulai 2004, Orde Reformasi menyelenggarakan pemilu yang lebih menyerupai pemilu beneran ketimbang pemilu-pemiluan yang diselenggarakan sebagai kosmetik diktatorisme Orde Baru.

Memilih atau tidak memilih adalah hak asasi manusia maka tidak ada yang mempermasalahkan Golput. Segenap pihak menghormati hak asasi manusia untuk memilih maupun tidak memilih.

Namun, akibat ada pihak yang merasa kepentingannya terancam oleh Golput, maka pada Pilpres 2019 Golput yang sudah tidak dipermasalahkan mendadak kembali dihujat sebagai pengkhianat bangsa. Kaum Golputer kembali dituduh tidak bertanggung-jawab atas masa depan bangsa.

Suasana pemilu yang memilukan di masa Orba mendadak muncul kembali di masa Oref! Ternyata Oref sekadar replay Orba.

Bingung
Setelah masyarakat sudah mulai terbiasa menghujat Golput sekonyong-konyong muncul suasana baru yang membingungkan. Mendadak Prabowo berangkulan dengan Jokowi, bahkan kemudian Prabowo menjadi Menteri Pertahanan di dalam kabinet Presiden Jokowi.

Para Golputer yang akibat dihujat maka terpaksa memilih Jokowi atau Prabowo merasa bingung, sebab ternyata pilihan mereka malah berdamai dengan bukan pilihan mereka. Sementara mereka yang pura-pura memilih dengan diam-diam menyoblos kedua capres juga bingung menyaksikan adegan kedua capres yang semula seolah-olah sengit berlaga-laga ternyata mesra berdamai-damai.

Sampai saat naskah ini saya tulis masih belum diketahui bagaimana nasib para Golputer pada Pilpres 2024. Belum jelas apakah Golput akan kembali dihujat seperti pada Pilpres 2019, atau kembali dihormati seperti pada pilpres setelah 2004 dan sebelum Pilpres 2019 akibat memilih atau tidak memilih memang secara konstitusional bukan kewajiban asasi namun hak asasi manusia. (*)

* Penulis adalah pembelajar demokrasi.