Gerald Piter Runtuthomas

Kastara.ID, Jakarta – Seorang peserta Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat, Gerald Piter Runtuthomas mengaku kecewa terhada panitia acara. Pasalnya ia dijanjikan bakak diberi uang Rp 100 juta jika bersedia menjadi pesetta KLB. Namun setelah KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara usai, Gerald mengaku hanya menerima uang Rp 5 juta.

Saat membuat pengakuan melalui rekaman video yang ditayangkan di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta (8/3), Wakil Ketua DPC Partai Demokrat Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut) ini memohon maaf lantaran terlibat dalam KLB tersebut. Dalam video itu Gerald menyatakan awalnya tidak ingin hadir di acara yang digagas Jhoni Allen Marbun itu. Namun lantaran terus dirayu dan diiming-imingi uang Rp 100 juta, akhirnya Gerald bersedia hadir.

Gerald menambahkan, bukan hanya dirinya yang kecewa, sejumlah peserta juga marah karena panitia ingkar janji. Saat beberapa peserta menyampaikan protes, mantan bendahara umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin pun menambahkan uang Rp 5 juta. Sehingga masing-masing peserta menerima uang Rp 10 juta.

Dalam video tersebut, Gerald juga menyampaikan beberapa kejanggalan KLB Deli Serdang. Salah satunya adalah dirinya yang tidak memiliki hak suara tetap diundang guna memilih Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Selain itu, dalam proses pemilihan ketua umum, Jhoni Allen Marbun menanyakan secara langsung kepada peserta yang hadir siapa yang memilih Moeldoko dan siapa yang memilih Marzuki Alie. Namun tiba-tiba Jhoni Allen menyatakan yang terpilih adalah Moeldoko.

Gerald merasa aneh karena tiba-tiba Moeldoko sudah memiliki kartu tanda anggota (KTA).  Padahal KTA menurutnya, KTA harus ditandatangani Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Selain, itu dalam KLB tersebut, Jhoni Allen tiba-tiba menunjukkan AD/ART baru yang seolah menjadikan penunjukan Moeldoko sebagai ketua umum adalah sah.

Sementara dalam pernyataan pers yang disampaikan kepada awak media (8/3), Jhoni Allen menegaskan terpilihnya Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat bukan mewakili Istana. Jhoni menjelaskan justru para kaderlah yang ingin mantan Panglima TNI itu memimpin Partai Demokrat. Jhoni menegaskan, justru para kader yang ‘meminang’ Moeldoko. (ant)