Inovasi

Kastara.ID, Jakarta – Kementerian Perindustrian fokus mendorong kegiatan penelitian, pengembangan dan perekayasaan (litbangyasa) yang dapat memacu produktivitas dan daya saing industri nasional. Hal ini diwujudkan melalui peran dan pelayanan teknis di balai-balai lingkungan Kemenperin, yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan industri saat ini, antara lain menggenjot ekspor dan substitusi impor, serta meningkatkan nilai tambah komoditas dalam negeri.

“Pemerintah terus mendorong terciptanya inovasi agar industri nasional dapat terus maju dan berdaya saing global. Langkah strategis ini sesuai program prioritas yang ada di dalamroadmap Making Indonesia 4.0,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara di Jakarta, Jumat (9/8).

Pada peta jalan implementasi industri 4.0 di Indonesia tersebut, inovasi memainkan peranan yang sangat penting. Bahkan salah satu aspirasi yang ingin dicapai adalah meningkatnya kegiatan litbang di dalam negeri, yang diharapkan didukung dengan porsi anggaran litbang yang proporsional, minimal 2% dari total anggaran nasional.

“Semakin meningkatnya peranan inovasi litbang diharapkan membantu mewujudkan misi Indonesia sebagai 10 besar ekonomi dunia di 2030, yang ditandai dengan meningkatnya kontribusi net ekspor sektor industri sebesar 10% terhadap PDB dan peningkatan produktivitas hingga dua kali lipat,” papar Ngakan.

Guna mencapai inovasi, diperlukan pemanfaatan teknologi terkini. Misalnya, yang sedang berkembang seiring bergulirnya industri 4.0, antara lain teknologi berupa artificial intelligence (AI), advanced roboticinternet of things (IoT), 3D Printing, dan Augmented Reality/Virtual Reality (AR/VR).

“Kita harus bisa memanfaatkan perkembangan teknologi-teknologi tersebut sebagai momentum bahwa transformasi strategis ini bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, namun bisa memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemajuan industri nasional dan kemakmuran bangsa, sehingga tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” tutur Ngakan.

Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan lima sektor manufaktur yang mendapatkan prioritas pengembangan agar siap memasuki era industri 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri kimia, industri otomotif, serta industri elektronika.

“Selama ini, lima sektor industri itu mampu memberikan kontribusi sebesar 60% untuk PDB, kemudian menyumbang 65% terhadap total ekspor, dan 60% tenaga kerja industri ada di lima sektor tersebut,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dalam mendukung implementasi industri 4.0 di Indonesia, BPPI Kemenperin terus berupaya membangun ekosistem yang mendukung tumbuhnya inovasi-inovasi di sektor manufaktur. Contohnya, BPPI Kemenperin telah membangun tiga unit mini showcase industri 4.0, yaitu Mocaf 4.0 di Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor, Vision 4.0 di Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Bandung, dan Cacao 4.0 di Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar.

“Ketiga mini showcase itu akan terus disempurnakan agar masyarakat dapat melihat secara langsung simulasi penerapan industri 4.0. Fasilitas ini juga diharapkan dapat merangsang tumbuhnya inovasi-inovasi baru,” jelasnya. Inovasi-inovasi tersebut diyakini mampu mempercepat penguasaan teknologi berbasis industri 4.0 di Indonesia sekaligus semakin meningkatkan kapasitas inovator atau peneliti nasional.

Gelar Bandrex 2019

Kepala BPPI menambahkan, pihaknya telah menyelenggarakan Bandung Riset Expo (Bandrex) 2019 sebagai sarana diseminasi informasi atas hasil litbangyasa yang telah dilakukan balai-balai Kemenperin. Melalui kegiatan Bandrex 2019 ini diharapkan dapat menghasilkan ide-ide dan inovasi konstruktif yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya dalam meningkatkan daya saing industri nasional.

“Selain itu dapat memperkuat jalinan kerja sama yang baik di antara institusi litbang dan para pemangku kepentingan lainnya, serta terhadap masyarakat,” tuturnya.

Ngakan menyebutkan, ada lima unit BPPI di Bandung yang telah lama berkiprah dalam menciptakan inovasi dan riset yang dibutuhkan industri dan memberikan layanan teknis kepada masyarakat, yaitu Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T), Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM), Balai Besar Tekstil (BBT), Balai Besar Keramik (BBK), serta Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK).

“Beberapa balai-balai tersebut bahkan telah hadir semenjak zaman Hindia Belanda. Banyak inovasi litbangyasa yang telah dihasilkan oleh balai-balai tersebut,” ungkapnya.

Adapun inovasi-inovasi yang telah dihasilkan, antara lain litbangyasa pengembangan Baterai dan Blok Rem Kereta Api oleh B4T, kemudian pembuatan ATBM Dobby, Geotextile, dan serat tekstil berbasis sabut kelapa oleh BBT, serta menciptakan tapak roda (tracklink) model single dan double pin untuk kendaraan tempur Tank yang telah dipatenkan oleh BBLM.

Selanjutnya, pembuatan Filter Keramik, Rompi Anti Peluru, Gigi Buatan, Bone Ash, Elektrolit Padat oleh BBK, sertaproduk kertas karton dari tandan kosong sawit, kertas kemas baja, daur ulang kemasan aseptik, dan produk serat bambu oleh BBPK.

“Pada acara Bandrex 2019, kami juga meluncurkan buku sejarah masing masing balai besar di Bandung (B4T, BBLM, BBT, BBK dan BBPK) sebagai salah satu media rekam jejak yang dapat menjadi acuan bagi semua pihak, terutama terkait sejarah dan kiprah balai besar,” paparnya.

Mengenai peluncuran buku sejarah balai besar industri di Bandung, Ngakan berharap, balai besar milik Kemenperin dapat dikenal sebagai institusi yang ikut berjuang membangun bangsa dan menjadikan kehidupan menjadi lebih baik, selain sebagai rujukan bagi penelitian dan pengembangan di sektor industri.

“Hendaknya, buku sejarah tersebut juga dapat menjadi pengingat yang dapat menggelorakan semangat untuk terus berkarya dalam menghasilkan karya yang inovatif dan terdepan dan dalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat, terutama di bidang industri dalam rangka menyongsong era industri 4.0,” imbuhnya.

Di sela kegiatan Bandrex 2019, Kepala BPPI menyaksikan penandatanganan lima Nota Kesepahaman antara balai besar dengan perusahaan industri terkait dalam rangka kerja sama litbangsaya. Pertama, kerja sama antara Suzuki Indomobil Motor Suplier Club dengan B4T, BBPK, BBLM dan BBT. Kedua, PT Quatra Inti Karya dengan BBLM, terkait kerja sama litbang mesin pengolahan garam.

Ketiga, kerja sama CV Geochem Bioindustri Mandiri dengan BBLM mengenai litbang energi baru terbarukan. Keempat, PT Bina Bangun Wibawa Mukti dengan BBLM, merupakan kerja sama dalam rangka litbangyasa reverse engineering peralatan dan komponen kilang LPG. Kelima, PT Trigunapratama Abadi dengan BBPK, yakni kerja sama litbang dalam peningkatan SDM serta pengelolaan lingkungan. (mar)