Empat Pilar

Kastara.id, Paser – Dalam kunjungan kerjanya di Provinsi Kalimantan Timur, Wakil Ketua MPR RI Mahyudin menjadi pembicara kunci pada Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di aula SMK Negeri 1 Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Selasa (9/10).

Di hadapan ratusan peserta dari kalangan pelajar, mahasiswa, kepala desa, dan masyarakat umum, Mahyudin mengupas beberapa hal penting seputar tantangan kebangsaan yang dihadapi bangsa, baik dari internal dan eksternal, sesuai TAP MPR No. VI Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

Mahyudin memaparkan bahwa tantangan kebangsaan dari internal yang mengkhawatirkan adalah lemahnya penghayatan agama dan munculnya pemahaman agama yang keliru dan sempit. Hal tersebut akan melahirkan pemahaman radikal yang memvonis selain kelompoknya adalah salah dan wajib diperangi.

“Pemahaman sempit ini pada akhirnya menimbulkan aksi terorisme yang bukan hanya merugikan diri sendiri, juga merugikan bangsa dengan munculnya korban jiwa ketakutan serta rasa tidak aman,” katanya.

Hal tersebut terutama muncul pasca reformasi bergulir ketika Pancasila seperti ditinggalkan, bahkan kurikulum sekolah menghilangkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila sehingga banyak rakyat terutama generasi muda tidak lagi di-refresh tentang moral Pancasila.

“Berkurangnya pemahaman Pancasila ditambah era keterbukaan, masuklah berbagai pemahaman agama yang sempit dan merasuk ke dalam diri sebagian masyarakat Indonesia yang kebetulan belajar agamanya hanya dari internet bukan dari guru, ulama dan kyai secara langsung sehingga banyak salah memahami,” ujarnya.

Dari eksternal, tantangan kebangsaan yang wajib diwaspadai adalah pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dan persaingan antar bangsa yang semakin tajam yang masuk melalui kemajuan teknologi informasi seperti media sosial, internet, game online yang luar biasa tidak terbendung.

“Kemajuan teknologi informasi modern tersebut jika tidak disikapi dengan bijak, maka teknologi tersebut akan berdampak merusak sendi-sendi kebangsaan Indonesia, bahkan pemahaman radikalisme masuk juga melalui teknologi informasi ini,” ungkapnya.

Untuk itu, Mahyudin mengajak seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda bangsa agar bijak menggunakan teknologi informasi. Pergunakan itu untuk kebaikan dan mempermudah aktivitas. Juga harus pintar-pintar menyaring segala informasi hoax atau fakta yang banyak muncul di media sosial.

“Apalagi mendekati pilpres 2019. Munculnya berbagai kabar hoax, fitnah, dan adu domba sangat banyak. Tanamkan dalam diri bahwa pilpres adalah pesta demokrasi yang biasa-biasa saja. Pilih sesuai pilihan masing-masing tanpa harus berkelahi antar teman, antar tetangga, antar keluarga. Pilpres 2019 adalah pintu masuk untuk Indonesia maju dan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa pandang bulu,” pungkasnya. (danu)