Podgorica

Oleh: Jaya Suprana

KETIKA berkunjung ke Montenegro, saya belum sadar bahwa Podgorica sebagai Ibukota Montenegro sempat menyandang nama Titograd demi menghormati sang pemimpin besar Republik Federal Sosialis Yugoslavia, Josip Broz Tito.

Titograd
Pada 25 Juli 1948, Wakil Presiden Parlemen Rakyat Montenegro, Andrija Mugoša, bersama dengan Sekretaris Gavro Cemovi, menandatangani undang-undang yang mengubah nama Podgorica menjadi “Titovgrad”. Undang-undang itu “berlaku surut” sehingga perubahan nama berlaku untuk dokumen apapun mulai 13 Juli 1946, ketika ia menjadi Ibukota Montenegro di dalam Republik Federal Sosialis Yugoslavia yang baru dibentuk demi menghormati Josip Broz Tito.

Namun, kode hukum Yugoslavia resmi mencatat nama “Titovgrad” tanpa huruf “v” sehingga akhirnya Ibu Kota Montenegro menyandang nama “Titograd”.

Yugoslavia
Ketika Yugoslavia mulai bubar, Titograd kembali diganti namanya menjadi Podgorica.

Sebenarnya Perang Yugoslavia tidak menghancurkan Montenegro seperti misalnya Bosnia, namun seluruh negeri Montenegro sangat terpengaruh oleh stagnasi ekonomi yang parah serta hiperinflasi yang berlangsung sepanjang 1990-an akibat sanksi PBB.

Pada tahun 1999, Podgorica menjadi sasaran serangan udara selama pemboman NATO terhadap Yogaslavia.

Menyusul hasil referendum kemerdekaan Montengero pada Mei 2006, Podgorica menjadi ibukota resmi negara merdeka.

Pada 13 Oktober 2008, 10.000 warga Podgorica memprotes proklamasi kemerdekaan Kosovo.

Pada Oktober 2015, protes terjadi di Podgorica menjelang aksesi Montenegro ke NATO. Setelah unjuk-rasa oleh sedikitnya 5.000 hingga 8.000 orang, polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran di  depan gedung parlemen.

Protes di Podgorica terus berlanjut sampai pemilihan parlemen Montenegro 2016. Pada 22 Februari 2018, seorang veteran Angkatan Darat Yugoslavia bunuh diri di kedutaan besar AS di Podgorica.

Mayoritas warga Podgorica yang kita jumpai masih bersikap sinis terhadap pemerintah Montenegro masa kini. Terutama generasi tua menganggap rezim Republik Federasi Sosial Yugoslawia lebih baik ketimbang pemerintah demokratis masa kini.

Cheng Ho
Kini Podgorica merupakan rumah bagi tiga kelompok agama utama: Kristen Ortodoks, Muslim Sunni, dan Kristen Katolik.

Populasi Kristen Ortodoks sebagian besar berasal dari populasi Montenegro dan Serbia lokal, yang menerima Kristen Ortodoks pada Abad Pertengahan setelah perpecahan besar selama Skisma Besar. Mereka mewakili kelompok agama utama.

Ada berbagai gereja Ortodoks Timur di Kota seperti Gereja St. George yang berasal dari abad ke-13, atau Katedral Kebangkitan Kristus sebagai replica Katedral Belgrad yang merupakan gereja terbesar di Podgorica yang baru-baru ini saja diresmikan.

Populasi Muslim sebagian besar berasal dari Bosnia serta Albania. Ada beberapa masjid di Podgorica. Di Podgorica, Ibu Ayla dan saya sempat menikmati masakan China halal di restoran Cheng Ho demi mengenang laksamana armada angkatan laut Kubilai Khan yang Muslim dan sempat singgah ke persada Nusantara.

Doclea
Populasi Katolik terutama terdiri dari minoritas Albania lokal. Situs religius utama bagi umat Katolik yang terletak lingkungan Gereja Hati Kudus Yesus yang mulai dibangun sejak tahun 1966 dengan gaya arsitektural yang unik.

Di pinggiran kota Podgorica masa kini, para wisatawan kebudayaan masih dapat mengunjungi situs asal-muasal Ibukota Montenegro yang di zaman Romawi disebut sebagai Doclea. Masih tersisa puing-puing arkeologis Doclea sebagai petilasan Podgorica di tengah kawasan perkebunan anggur yang menjadi primadona produk ekspor Montenegro masa kini. (*)

* Penulis adalah pembelajar kebudayaan dunia