NTT

Kastara.id, Jakarta – Sungguh, judul di atas tak mengada-ada. Paling tidak, itu diakui beberapa anggota tim riset dari Kementerian Pariwisata yang bertugas mengeksplorasi sebagian Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur –pesona alam laut sekitar Labuan Bajo dan keindahan alam pegunungan Manggarai.

Mengapa keindahan Pulau Padar dan Desa Waerebo hanya secuil surga Flores? Sebab, kalau saja dikisahkan semua, entah kapan selesainya semua indah itu? Makna berkesenian orang Manggarai saja, miliki berderet cerita. Seperti tutur dan langgam di balik Tari Caci, tidak sekadar nuansa kepahlawanan yang dikisahkan. Terdengar monoton memang, namun di situ ada unsur kearifan, keadilan, kedamaian, dan hal bijak lain yang coba dituahkan para leluhur dari generasi ke generasi.

Hingga tiba di pengujung Tahun 2017, saat Kementerian Pariwisata berhajat menciptakan semacam identitas, atau bahasa lainnya adalah brand, bagi sejumlah destinasi pariwisata di Tanah Air. Terpilihlah lima tempat plesir, yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Padang (Sumatera Barat), Palembang (Sumatera Selatan), Manado (Sulawesi Utara), dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur).

Proses pembuatan brand disebut dengan kegiatan Penyusunan Strategi Branding Destinasi. Brand yang akan diciptakan adalah subbrand dari motherbrand kepariwisataan nasional, yaitu Wonderful Indonesia (untuk wisatawan mancanegara) atau Pesona Indonesia (domestik). Kegiatan ini sendiri sebenarnya sudah kali kedua dilakukan pemerintah. Tahun 2016, 10 destinasi wisata sudah dibuatkan brand sendiri, yakni Colorful MedanWonderful Riau IslandsEnjoy JakartaStunning BandungJava Cultural WondersMajestic BanyuwangiBali the Island of GodsFriendly Lombok,  Explore Makassar, dan Golden Triangle Bunaken-Wakatobi-Raja Ampat.

Alih-alih menggencarkan promosi ke-10 the New Chapter of Indonesia itu, demi mengejar target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara di 2020, Menteri Pariwisata Arief Yahya kembali meminta jajarannya agar menyiapkan kembali brand bagi destinasi unggulan lainnya. Labuan Bajo adalah salah satunya.

“Promosi dititikberatkan  pada branding dan advertising, bergeser ke selling. Ingat BAS. Branding sudah dilakukan di tahun pertama, advertising dilanjutkan di tahun kedua. Tahun ketiga sudah harus selling to the point. Kita buat wisatawan tidak bisa menolak untuk berwisata ke Indonesia,” demikian harap Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam berbagai kesempatan jumpa media.

Mengamini apa yang dihaturkan menteri, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat Theodorus Suardi menegaskan, penetapan brand untuk destinasi wisata Labuan Bajo sangat penting, karena Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat ini memiliki banyak potensi wisata yang perlu diperkenalkan ke dunia.

Selain branding, kata Theo, Kementerian Pariwisata juga sudah menentukan advertising dan selling sebagai pendekatan utama untuk memasarkan pariwisata Labuan Bajo ke dunia. “Kita berharap hari ini kita sepakat untuk bersama-sama menetapkan branding destinasi Labuan Bajo sebagai titik start promosi dari seluruh stakeholder. Kita akan fokus pada satu branding,” katanya di depan sejumlah pelaku industri pariwisata dan tokoh masyarakat Labuan Bajo dalam kesempatan Sosialisasi Brand Enchanting Labuan Bajo yang dilakukan tim riset dari Kementerian Pariwisata, pada Desember 2017.

Logotype Enchanting Labuan Bajo, yang dilengkapi dengan logogram gambar Komodo lengkap dengan siluet Manta dan Rumah Adat, disarankan oleh tim riset sebagai master brand identity, karena merepresentasikan unsur keajaiban dunia, keindahan pemandangan bawah laut, dan ekspresi kearifan budaya.

Konsultan Kementerian Pariwisata Freddy H Tulung mengatakan branding sangat dibutuhkan bagi sebuah kota pariwisata. Dengan branding, maka wisatawan atau orang luar bisa mempunyai gambaran tentang daerah Labuan Bajo. “Bali sangat terkenal secara internasional. Orang luar negeri lebih kenal Bali ketimbang nama Indonesia. Labuan Bajo tidak boleh kalah dengan Bali,” ujarnya seraya mengulang harapan Menpar, semoga branding ini bisa menggenjot kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo sehingga berdampak positif secara ekonomi. (nad)

Baca: NTT Bukan ‘Nanti Tuhan Tolong’, Tapi ‘New Tourism Territory’ (Bagian Kedua)
Baca juga: Komodo, Waerebo, Enchanting Labuan Bajo (Bagian Ketiga)