Kastara.ID, Jakarta – Pertemuan Presiden Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo di kawasan sawah di Kebumen tentu menimbulkan banyàk tafsir.

Hal itu diungkapkan M Jamiluddin Ritonga kepada Kastara.ID, Jumat (10/3).

“Pertama, Jokowi melibatkan Prabowo dalam momen panen memang tak lazim. Sebab, dilihat dari tugas dan fungsinya sebagai Menteri Pertahanan, kehadiran Prabowo tentu tidak ada relevansinya,” ungkap Jamil yang dikenal sebagai Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta.

Menurutnya, wajar kalau muncul tafsir Jokowi lagi meng-endorse Prabowo sebagai capres. Jokowi ingin mengatakan kalau Prabowo sosok yang pas menjadi penerusnya. Prabowo tidak hanya ahli mengurus pertahanan tapi juga mengerti pertanian

“Tafsir itu semakin menguat karena Jokowi juga didampingi Ganjar. Jokowi ingin menegaskan Ganjar layak mendampingi Prabowo,” imbuhnya.

Jadi, pertemuan Jokowi dengan Prabowo dan Ganjar di sawah, bisa jadi sebagai upaya cek ombak. Jokowi ingin tahu reaksi masyarakat, termasuk PDIP, bila ia didampingi Prabowo dan Ganjar.

“Dua, kehadiran Ganjar mendampingi Jokowi bisa ditafsirkan hal biasa. Sebab, Ganjar sebagai Gubernur sudah seharusnya mendampingi Presiden ketika mengunjungi wilayahnya,” jelas Jamil.

Jadi, kehadiran Ganjar sebagai bagian protokoler. Tidak ada hal yang luar biasa, apalagi kalau dikaitkan dengan capres atau cawapres.

Jamil menjelaskan bahwa tafsir itu logis bila dikaitkan Jokowi sebagai kader PDIP. Jokowi tentunya tidak ingin konfrontasi dengan Ketua Umumnya Megawati Soekarnoputri hanya untuk meng-endorse Ganjar jadi capres atau cawapres.

Hal itu sangat berisiko bagi Jokowi bila mendahului Ketua Umumnya dalam mendukung capres atau cawapres. Jokowi tidak menghendaki amarah Megawati yang bisa berujung PDIP menarik dukungannya dan keluar dari koalisi pemerintah.

“Suka tidak suka Jokowi tetap ingin aman hingga 20 November 2014. Karena itu, Jokowi tidak akan memunculkan atau meng-endorse Ganjar atau lainnya sebagai capres atau cawapres secara terbuka,” tandas mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.

Apalagi Ganjar yang kader PDIP, tentu Jokowi tidak akan berani mendahului Ketua Umumnya. Bisa-bisa Jokowi kena semprit yang membahayakan posisinya sebagai capres.

“Karena itu, Jokowi kecil kemungkinan berani bermain api. Jokowi tidak akan mengorbankan dirinya hanya untuk seorang Ganjar,” pungkasnya. (dwi)