Jamiluddin Ritonga

Kastara.ID, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) diperkirakan segera melakukan reshuffle kabinet setelah DPR RI menyetujui penggabungan Kemenristek dengan Kemendikbud dan pembentukan Kementerian Investasi pada Rapat Paripurna, jumat, 9 April 2021.

“Momentum tersebut sebaiknya digunakan Jokowi untuk mengganti Nadiem Makarim. Sebab, selama memimpin Kemendikbud, belum ada gebrakan yang membanggakan. Hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) juga menginginkan Nadiem di-reshuffle,” ungkap Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta M Jamiluddin Ritonga kepada Kastara.ID, Sabtu (10/4) malam.

Menurut penulis buku Riset Kehumasan tersebut, dengan bergabungnya Kemenristek ke Kemendikbud, Nadiem dikhawatirkan semakin tak mampu memimpin kementerian tersebut. Padahal melalui penggabungan itu diharapkan riset akan semakin berkembang di Indonesia, khususnya di perguruan tinggi. Kapasitas Nadiem tampaknya tak cukup mumpuni menangani hal itu.

“Karena itu, Jokowi sebaiknya mencari sosok yang tepat agar penggabungan dua kementerian itu membuahkan hasil. Bambang Brodjonegoro tampaknya layak dipertimbangkan untuk mengisi pos tersebut,” imbuh Jamil, sapaan akrab pengamat politik ini.

Selain itu, Jokowi juga layak mengevalusi menteri lainnya yang selama ini kinerjanya dipersepsi publik rendah. Para menteri ini selayaknya ikut di-reshuffle.

Menurut Jamil, Menteri Komuniksi dan Informatika Johnny G. Plate jadi salah satu yang layak di-reshuffle. Menteri yang satu ini praktis hanya memimpin informatika, sementara komunikasinya diabaikan begitu saja. “Padahal di era pandemi dan resesi ini, seharusnya Kemenkominfo aktif mengkomunikasikan hal itu agar masyarakat mempunyai pemahaman yang utuh. Namun hal itu tidak dilakukan Kemenkominfo,” imbuh pengajar Metode Penelitian Komunikasi ini.

Jamil pun menyarankan, sebaiknya Menkominfo yang baru adalah sosok yang memiliki keahlian komunikasi. Sehingga mampu merancang sistem komunikasi yang sesuai dengan era otonomi daerah.

“Sistem itu hingga saat ini belum ada, sehingga menyulitkan mengalirkan informasi dari pusat ke daerah dan sebaliknya dalam komunikasi dua arah. Untuk ini, tentu diperlukan sosok berlatar belakang komunikasi,” jelas Jamil.

Jamil juga melihat sosok Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko, layak di-reshuffle. Moeldoko dinilai sudah layak menduduki posisi tersebut setelah cawe-cawe urusan internal Partai Demokrat. Hal ini secara langsung telah mengotori lembaga KSP yang seharusnya netral.

“Keberadaan Moeldoko di KSP juga akan membebani Jokowi. Publik akan mempersepsi istana melindungi Moeldoko bila ia tetap bercokol di KSP,” papar mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta 1996-1999 ini.

Dengan di-reshuffle-nya Moeldoko, lembaga kepresidenan akan terbebas dari tudingan negatif. Publik akan yakin Jokowi tidak melindungi Moeldoko.

“Menteri Hukum.dan HAM, Yasonna Laoly, juga paling banyak disorot publik. Hasil survei IPO, menteri satu ini justeru yang paling dominan diminta responden untuk di reshuffle,” pungkasnya. (jie)