Sandiaga Uno

Kastara.ID, Jakarta – Sinyal Sandiaga Uno untuk bergabung ke PKS tentu membingungkan.

Hal itu diutarakan M Jamiluddin Ritonga, Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, dalam kesempatan menyampaikan pendapatnya kepada Kastara.ID, Rabu (10/5) siang.

Menurut Jamil, kebingungan itu wajar karena sebelumnya Sandiaga sangat dekat dengan PPP. Bahkan petinggi PPP sudah memberi sinyal akan menerima Sandiaga dengan tangan terbuka.

“Nyatanya sampai sekarang Sandiaga belum pindah ke partai mana pun. Justru sinyal pindah ke PKS yang makin menguat,” jelasnya.

Kalau motif kepindahan Sandiaga ingin menjadi cawapres, lanjut Jamil, maka ada kemungkinan ia urung pindah ke PPP karena garansi untuk itu tidak diperolehnya. PPP kemungkinan tidak berhasil meyakinkan PDIP untuk menduetkan Ganjar dengan Sandiaga.

“Karena itu, bisa saja Sandiaga mengubah haluan dengan mencoba peruntungan ke PKS. Peluang itu tentu terbuka karena hubungan Sandiaga dengan PKS selama ini cukup baik,” ungkap pengamat yang juga mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.

Menurut Jamil, ada peluang PKS menerima kehadiran Sandiaga dengan harapan diusulkan berduet dengan Anies Baswedan. Peluang ke arah itu sangat terbuka karena Anies pernah berduet dengan Sandiaga pada Pilkada DKI Jakarta 2017 dan pasangan ini menang.

“Bila itu motivasi Sandiaga, tentu kepindahannya ke partai politik lain lebih dominan untuk mengejar jabatan. Sandiaga sudah menjelma menjadi sosok haus kekuasaan dengan menjadi kutu loncat,” tandas Jamil.

Imej Sandiaga selama ini tentunya akan berubah. Ia akan dianggap politisi yang mengutamakan kekuasaan daripada setia dan loyal pada partai. Baginya partai politik hanya perahu untuk menggapai kekuasaan.

“Kalau pun Sandiaga pindah ke PKS dan diusulkan jadi cawapres, Anies belum tentu mau menerimanya. Sebab, Anies tampaknya sudah kecewa kepada Sandiaga yang pernah mempersoalkan utang pada Pilkada 2017,” imbuhnya.

Hal itu tampaknya sulit dimaafkan Anies, karena secara terbuka sudah mempermalukannya di khalayak luas. Padahal soal utang itu akhirnya dinilai tidak ada karena Anies dan Sandiaga menang pada Pilkada 2017.

“Partai Demokrat juga tampaknya tidak akan menerima kehadiran Sandiaga sebagai cawapres Anies. Sandiaga dinilai bukan bagian dari perubahan. Sandi dinilai bagian dari rezim saat ini yang ingin mempertahankan status quo,” ujar Jamil.

Jamil menambahkan, kalau pun Sandiaga pindah ke PKS, namun peluangnya untuk menjadi cawapres Anies terbilang kecil. Karena itu, Sandiaga tentunya akan kecewa bila motivasinya merapat ke PKS semata untuk bisa menjadi cawapres.

Namun bila motivasinya untuk mencari rumah yang lebih nyaman, tentu tidak ada masalah pindah ke PKS. Demokrat dan Nasdem tentunya tidak akan mempersoalkan Sandiaga di PKS..

“Hanya saja, bila Sandiaga pindah ke PKS, kemungkinan posisinya sebagai menteri akan terancam. Jokowi akan berpeluang me-reshuffle Sandiaga. Bahkan bisa saja Gerindra meminta ke Jokowi untuk segera me-reshuffle-nya.

“Peluang itu sangat terbuka, karena posisi menteri Sandiaga berdasarkan jatah Gerindra. Karena itu, Gerindra berhak untuk meminta Sandiaga untuk diganti dengan kader lainnya sebagai menteri,” pungkas Jamil. (dwi)