Sepakbola Wanita

Kastara.ID, Jakarta – PSSI terus berupaya mengembangkan sepakbola wanita, di antaranya dengan penyelenggaraan turnamen-turnamen di daerah. Pekan ini, PSSI pusat bersama Asprov Nusa Tenggara Timur menggelar turnamen bertajuk Piala Kartini di Lapangan Akademi Bali United Kupang, Nusa Tenggara Timur dari tanggal 10-14 Juni 2019. Dalam turnamen ini PSSI dan Asprov juga bekerja sama dengan Yayasan Plan Internasional Indonesia, Yayasan Rumah Solusi Beta Indonesia (RSBI) yang menginisiasi event ini.

“Ini sudah ketiga kalinya saya mengunjungi Nusa Tenggara Timur. Pertama untuk proyek sepakbola wanita di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) karena proyek ini dimulai di sana. Yang kedua, saya datang ke sini karena ada pelatihan untuk para guru dan pelatih yang mempersiapkan tim sepakbola wanita di sini, dan yang ketiga untuk proyek sepakbola wanita sekarang ini. Tahun ini pesertanya masih sama seperti tahun sebelumnya yakni 20 sekolah dari kabupaten TTU dan TTS, kami ingin melihat perbandingan event pertama dan kedua kali di sini,” ungkap Anggota Eksekutif PSSI Papat Yunisal saat membuka turnamen di Kupang.

Papat menambahkan, proyek yang kini tengah berlangsung merupakan langkah nyata PSSI yang semakin memperhatikan sepak bola wanita berikut pengembangannya dari grassroot atau tingkat terbawah. Banyak potensi yang bisa dijadikan aset bagi skuat Garuda Pertiwi di masa depan dengan mengedepankan pola pengembangan sepakbola seperti ini.

“Aset Timnas U-16 ada di sini, karena usia di bawah 16 tahun. Pemain utama memang cuma 11 untuk memperkuat Timnas, tapi bayangkan ada berapa ribu wanita yang ingin bermain sepakbola tapi tidak bisa,” lanjut wanita yang pernah menjadi pemain timnas sepakbola wanita era 80an ini.

Kesetaraan gender menjadi kampanye penting dalam proyek sepakbola wanita yang kini tengah digalakkan. Dengan bermain sepakbola, Papat yakin banyak wanita yang jauh lebih sehat dan tidak bingung dengan masa depannya.

“Ada hal-hal yang harus kita selamatkan dari daerah-daerah pelosok, seperti contoh pernikahan dini, bahkan usia 13 tahun sudah dinikahkan oleh orang tua mereka. Belum lagi kebiasaan buruk yang merugikan mereka di masa muda seperti pola hidup tak sehat. Kita cegah itu semua agar wanita mulai diperkenalkan sepak bola sejak usia dini, mereka sehat, mereka berperilaku baik, dan jika mereka fokus tentu bisa ke tingkat nasional. Kegiatan ini menjadi percontohan untuk wilayah lain di Indonesia,” jelasnya

Hal senada diungkapkan anggota Eksekutif Komite Sepakbola Wanita Asosiasi Provinsi NTT, M Rambu Wasak. Rambu mengatakan fokus penyelenggaraan proyek ini memang untuk para wanita muda di NTT. “Kami selaku Asprov sudah dua kali menyelenggarakan ini, pertama di Kabupaten Soe pada tahun 2018 dan kedua di Kota Kupang pada tahun ini. Kami bangga dengan kerja sama antara Yayasan Plan Internasional Indonesia, Yayasan RSBI, dan PSSI Pusat. Ini penting mengangkat harkat martabat bagi pemain wanita di sini,” ungkapnya

Rambu pun menegaskan adanya perbedaan penyelenggaraan proyek yang digelar pada tahun lalu dan tahun ini, terutama menyangkut fasilitas. “Koordinasi dengan PSSI pusat sejauh ini lancar dan terkoordinasi. Bukti nyata ialah adanya fasilitas lapangan yang baik karena menggunakan lapangan Akademi Bali United. Berbeda dengan lapangan di tahun sebelumnya yang tidak berumput, tahun ini anak-anak bisa bermain di lapangan yang bagus karena koordinasi yang baik dan kontinu dengan pusat,” tutupnya

Turnamen bertajuk Piala Kartini memang baru pertama kali digelar, meski proyek sepakbola wanita sudah dimulai pada tahun 2018 lalu. Tahun ini, proyek sepak bola wanita bertajuk turnamen akan digelar selama lima hari di Lapangan Akademi Bali United. (lan)