Kastara.id, Jakarta – Kreativitas dan inovasi suatu bangsa sangat dibutuhkan untuk mewujudkan bangsa yang maju dan berdaya saing. Pasalnya, negara-negara maju saat ini selalu memperkuat karakter kepemimpinan dan kebangsaannya, serta terus melakukan inovasi-inovasi baru.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Muhammad Hanif Dhakiri pun turut menekankan pentingnya karakter kuat dan keunggulan berinovasi bagi masyarakat Indonesia.

Dua hal tersebut menurut Hanif akan mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tengah dinamika ekonomi dunia yang kompetitif. “Kita semua tahu bahwa dunia dewasa ini telah mengalami perubahan yang drastis. Salah satunya perubahan di bidang ekonomi. Dari ekonomi yang berbasis produksi menjadi ekonomi berbasis pengetahuan,” ujar Hanif dalam sambutannya dalam acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Peningkatan Kepemimpinan dan Inovasi di Bidang Ketenagakerjaan antara Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dengan Yayasan Upaya Damai Indonesia dan Tsinghua University di Gedung Tridharma Kemnaker, Jakarta (9/11).

Hadir dalam acara penandatanganan MoU tersebut Sekjen Kemnaker Abdul Wahab Bangkona, Irjen Kemnaker Sunarno, Plt. Dirjen Binwasnaker Maruli A. Hasoloan, Dirjen PHI dan Jamsostek Kemnaker Haiyani Rumondang, Presiden Tsinghua University Qui Yong, Ketua Apindo Hariadi Sukamdani, dan salah satu pendiri Yayasan Uapaya Indonesia Damai Aristides Katoppo.

Dijelaskannya, basis produksi dunia usaha dan industri saat ini tidak bisa hanya mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA) saja. Namun saat ini yang dibutuhkan oleh semua bangsa untuk maju adalah ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan atau kompetitif.

“Basis produksi tidak hanya bisa mngandalkan orang, mesin, dan tanah. Tenaga kerja dalam arti punya tenga saja. Tidak bisa. Tapi adalah tenaga kerja yang berbasis pengetahuan,” kata Hanif.

SDM yang memiliki pengetahuan sudah barang tentu memiliki kompetensi dan kemampuan untuk berinovasi. Hal inilah yang disebut Hanif perlu didorong pertumbuhannya. “Jadi yang lebih penting adalah tenaga kerja yang berbasis pengetahuan. Memiliki pengetahuan yang kuat, memiliki skill yang kuat, inovasi yang kuat,” kata Hanif.

Kebutuhan Indonesia akan SDM yang berbasis pengetahuan itu, lanjut Hanif, masihlah sangat tinggi. Oleh karenanya, pemerintah akan selalu menjalin kerja sama dengan seluruh stakeholder ketenagakerjaan. Baik lintas kementerian/lembaga, pengusaha, dan serikat pekerja/serikat buruh (SP/SB). Kerja sama dengan berbagai pihak tersebut akan selalu diarahkan untuk mewujudkan SDM Indonesia yang berkarakter, kompetitif, dan inovatif.

“Kebutuhan SDM kompetitif di republik ini dibutuhkan di semua sektor, dibutuhkan di semua level baik di pemerintahan, pengusaha, dan serikat pekerja. Itulah mengapa kita juga harus berani membuka hati kita. Membuka aspek-aspek yang lebih baik di negara lain, sebagai pembelajaran,” ujar Hanif. (nad)