MIKTA

Kastara.id, Yogyakarta  — Delegasi lima negara MIKTA (Mexico, Indonesia, Korea Selatan, Turki, Australia) sepakat untuk bekerja sama dengan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan yang tertuang dalam MIKTA Tourism Message. Kesepakatan informal ini dihasilkan saat kunjungan delegasi lima negara MIKTA di salah satu Sustainable Tourism Observatory (STO) di Desa Pentingsari, Sleman pada Rabu dan Kamis pekan ini (8-9/08).

Kunjungan ini dilakukan untuk memperkenalkan konsep STO yang sudah dilaksanakan Kementerian Pariwisata bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Valerina Daniel mengatakan kunjungan ini untuk memberikan gambaran bagaimana Indonesia sudah menerapkan pariwisata berkelanjutan.

“Kunjungan ini bisa memberikan gambaran sustainable tourism yang telah diterapkan di Indonesia. Diharapkan Indonesia bisa menjadi leader dalam kegiatan pariwisata yang memberdayakan masyarakatnya sekaligus menjaga budaya dan lingkungannya,” kata Valerina Daniel.

Kunjungan ke Desa Wisata Pentingsari di Sleman diisi dengan berbagai kegiatan seperti melihat fasilitas homestay, cara pengolahan kopi, gamelan, cara membatik, tanaman herbal, dan kreasi jamur. Valerina Daniel mengatakan pertemuan ini menjadi sarana knowledge sharing tentang penerapan Sustainable Tourism di Indonesia. Dari sini, diharapkan dapat tercipta networking yang akhirnya menciptakan branding Indonesia sebagai negara yang menerapkan Sustainable Tourism Development secara konsisten.

“Kemenpar selalu mendorong masyarakat untuk mengelola destinasi wisata secara berkelanjutan. Prinsip kami, semakin dilestarikan semakin mensejahterakan,” kata Valerina.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya sangat concern terhadap isu lingkungan dalam pariwisata khususnya pada sustainable tourism. “Pariwisata merupakan sektor yang paling kecil menimbulkan kerusakan karena prinsip pembangunan pariwisata adalah suistainable atau berkelanjutan. Lingkungan yang terjaga merupakan aset bagi pariwisata untuk mendatangkan wisatawan,” kata Menpar Arief Yahya.

Tema pembahasan konferensi MIKTA yang diadakan di DI Yogyakarta tanggal 8-9 Agustus 2018 adalah “Membangun Jaringan MIKTA dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan” atau “Building Network on Sustainable Tourism Development” yang bertujuan untuk memfasilitasi para ahli dalam bidang dimaksud dan para pemangku kepentingan dengan menyediakan platform bagi pihak-pihak tersebut untuk bertukar pengetahuan, update mengenai tren pariwisata, dan membentuk jaringan operator pariwisata.

MIKTA merupakan platform konsultasi lintas regional dari lima negara yaitu Meksiko, Indonesia, Korea, Turki, dan Australia. Grup informal dari negara-negara tersebut secara resmi didirikan pada bulan September 2013 setelah pertemuan pertama Menteri Luar Negeri dari negara-negara MIKTA di sela-sela Pertemuan Umum PBB.

Indonesia merupakan koordinator MIKTA pada tahun 2018. Sejak menjadi koordinator MIKTA, Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri terus berupaya untuk mengadakan pertemuan dengan tema tertentu. Tema utama MIKTA 2018 adalah “Mengembangkan  Ekonomi Kreatif dan Berkontribusi kepada Kedamaian Dunia.”

Saat ini terdapat 22 STO di seluruh dunia, lima di antaranya terdapat di Indonesia yaitu STO Sleman, STO Sanur, STO Pangandaran, STO Sesaot, dan STO Pangururan. Desa Wisata Pentingsari di Sleman merupakan salah satu desa wisata yang sudah menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan dan berhasil menerima penghargaan ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Awards) kategori ekonomi pada tahun 2017. (hero)