Penyakit JantungKepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusuf Singka. (foto: danyl)

Kastara.id, Makkah – Penyakit jantung merupakan penyebab terbanyak kematian jemaah haji Indonesia. Sampai hari ke 25 pelaksanaan kesehatan haji, dari 49 kematian, 61 22% di antaranya disebabkan oleh penyakit jantung.

Sebagai catatan, periode sebelumnya kasus kematian akibat penyakit jantung selalu tinggi. Tahun 2017, dari total jemaah meninggal, 47% di antaranya disebabkan karena penyakit jantung. Sementara tahun 2016 sebanyak 52% jemaah meninggal karena penyakit jantung.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka menegaskan bahwa dalam 10 tahun terakhir penyakit jantung merupakan penyebab kematian tertinggi pada jemaah haji.

“Sejak satu dekade terakhir ini, penyebab kematian terbanyak pada jemaah haji adalah penyakit jantung,” kata Eka dalam keterangan yang dilansir Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Sabtu (11/8).

Menurut Eka, perlu pendekatan tersendiri pada jemaah dengan penyakit jantung. “Pendekatan yang lebih ketat dan komprehensif dengan melibatkan para ketua regu agar mengingatkan dan memastikan jemaah haji tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan yang cukup berat, disiplin istrahat, dan minum obat setiap hari,” tambahnya.

Melihat tingginya kasus ini, setiap tahun Kemenkes selalu mengirimkan dokter spesialis jantung ke Tanah Suci. Tahun ini ada lima spesialis jantung yang ada di Makkah dan siap dikontak 24 jam.

Dr. Zakky Kurniawan, salah satu spesialis penyakit jantung di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah mengatakan, pentingnya penyaringan awal saat mulai di Tanah Air. Bila calon jemaah dengan risiko tinggi, harus sudah disiapkan jauh-jauh hari termasuk pendampingnya.

“Pendampingnya harus bersedia tidak menjalankan ibadah-ibadah sunnah karena harus mendampingi jemaah yang sakit, karena mereka harus benar-benar dipantau minum obatnya, makannya, dan istirahatnya,” kata Zakky.

Jemaah dengan risiko tinggi penyakit jantung bisa semakin buruk keadaannya karena banyak faktor. Dicontohkan Zakky, soal iklim misalnya. Jemaah yang sudah tua akan lebih sulit beradaptasi dengan iklim di Arab Saudi. Berbeda dengan jemaah yang masih muda lebih cepat menyesuaikan diri.

Contoh lain adalah soal turunnya daya tahan tubuh karena malas makan. “Jemaah lanjut usia biasanya malas makan bila menunya tidak cocok. Kalau malas makan, imunitasnya akan turun dan jemaah akan mudah sakit,” tambahnya.

Zakky menyatakan, fasilitas kesehatan di KKHI Makkah cukup lengkap. Namun bila ada kasus lebih lanjut, jemaah langsung dirujuk ke RS Arab Saudi.

“Penanganan penyakit jantung harus berpacu dengan waktu. Tim medis di kloter bisa hubungi kami 24 jam. Bila perlu segera dirujuk, maka segera dilakukan,” kata Zakky.

Kendalikan Penyakit Jantung

Jemaah dengan penyakit jantung yang ada di Tanah Suci diingatkan untuk memperhatikan kondisinya.

Kapuskes Haji Eka Jusuf Singka mengingatkan enam hal yang harus dipenuhi jemaah dengan risiko ringgi (risti) penyakit jantung, yaitu:

1. Selalu makan obat tiap hari;
2. Bawa obat ke manapun pergi;
3. Jangan kelelahan;
4. Periksa ke dokter secara reguler;
5. Istrhat yg cukup; dan
6. Kalau sesak nafas, hentikan kegiatan dan istirahat. (put)