Tapera

Kastara.ID, Jakarta – Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) lantaran beberapa menteri kabinet ramai-ramai menentang keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberlakukan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Padahal keputusan tersebut diambil Anies dalam upaya menekan jumlah kasus penularan virus corona atau Covid-19.

Melalui cuitan di akun twitternya @RamliRizal (10/9), pria yang biasa disapa RR ini mengaku heran dengan sikap para menteri tersebut. Pasalnya saat memimpin rapat kabinet, Senin (7/9) lalu Jokowi menegaskan akan fokus menangani masalah kesehatan. Jokowi menyebut faktor kesehatan lebih penting dibanding pemulihan ekonomi dalam penanganan Covid-19.

Anehnya Jokowi membiarkan para menterinya menghantam Anies. Padahal keputusan Anies menerapkan kembali PSBB sejalan dengan perintah Jokowi. RR pun bertanya, Jokowi itu presdien atau bukan. Mantan Menko Maritim ini menilai para menteri telah menggergaji kebijakan Jokowi.

Sebelumnya beberapa menteri kabinet memprotes keputusan penerapan PSBB yang diambil Anies. Menko Perenonomian Airlangga Hartarto menyebut langkah Anies menyebabkan Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lima persen. Airlangga juga meminta Anies mengizinkan 50 persen karyawan tetap masuk kantor.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan penerapan PSBB bisa menggangu jalur distribusi logistik. Menurut Agus, jika distribusi logistik terganggu akan berpengaruh pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Itulah sebabnya Agus meminta PSBB tidak menghalangi atau menghambat jalur distribusi.

Sedangkan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita khawatir PSBB akan berdampak buruk pada industri manufaktur. Padahal menurut Agus Gumiwang industri manufaktur tengah kembali menggeliat setelah mendapat tekanan.

Komentar serupa dingkapkan Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar yang meminta sektor industri manufaktur mendapat pengecualian. Mahendra khawatir, PSBB akan memukul kegiatan dunia usaha termasuk industri manufaktur. Ia menilai industri manufaktur tidak akan mampu bertahan dan kolaps atau bangkrut. (mar)