Carsten Brzeski

Kastara.ID, Jakarta – Raksasa ekonomi Jerman dan Inggris berisiko mengalami resesi ekonomi sebab pertumbuhan ekonomi Jerman susut menjadi negatif 0,1 persen pada kuartal ketiga tahun ini, dan pertumbuhan negatif pada kuartal sebelumnya.

Untuk diketahui, resesi ekonomi adalah kontraksi pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada dua kuartal berturut-turut.

Meski demikian, masih ada kemungkinan Jerman untuk selamat dari resesi ekonomi karena secara ekspor negara ekonomi terbesar keempat di dunia itu bangkit pada September 2019.

Diperkirakan pertumbuhan ekspor Jerman pada bulan itu naik 1,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Bahkan, kemungkinan lain, pertumbuhan ekspor pada Agustus juga direvisi naik.

Kepala Ekonom Jerman ING Carsten Brzeski mengatakan, resesi secara teknis belum terjadi. Bahkan, Jerman bisa menghindari kontraksi pada menit-menit terakhir.

Meski demikian, ekonomi Jerman yang merupakan terbesar di Eropa terlihat sangat lemah. Ekonomi Jerman stagnan selama lebih dari setahun.

Sementara Inggris yang baru akan merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) pada awal pekan ini, diperkirakan mencatat pertumbuhan tipis pada kuartal ketiga, setelah membukukan laju ekonomi negatif pada kuartal kedua. Pertumbuhan ekonomi negatif itu merupakan pertama kalinya sejak 2012 lalu.

Ekonom masih yakin Inggris dapat menghindari resesi dengan mencatat pertumbuhan ekonomi 0,4 persen pada kuartal ketiga.

Sebelumnya, Capital Economics menyebut lima negara dengan ekonomi terbesar di dunia berisiko resesi, yakni Jerman, Inggris, Italia, Brasil, dan Meksiko.

Di Asia, Singapura dan Hong Kong juga mengalami hantaman dari sisi domestik. Meski kedua negara memiliki kapasitas ekonomi lebih kecil dari kelima negara di atas, namun memiliki fungsi krusial sebagai pasar keuangan dan perdagangan global. (mar)