Semuel A Pangerapan

Kastara.ID, Jakarta – Dalam rangka meningkatkan upaya memerangi hoaks, kabar bohong, informasi menyesatkan dan ujaran kebencian, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menyediakan layanan chatbot. Layanan tersebut diberi nama Chatbot Anti Hoaks.

Chatbot Anti Hoaks adalah piranti lunak berupa program komputer yang dirancang untuk menjawab setiap pertanyaan publik mengenai informasi yang masih diragukan kebenarannya.

Persebaran atau distribusi hoaks, kabar bohong, informasi menyesatkan dan ujaran kebencian yang terus meningkat menjelang 17 April 2019 serta menyadari kesullitan masyarakat dalam melakukan verifikasi sebuah informasi hoaks, Kemkominfo RI menggandeng Prosa, sebuah start up pengembang natural language processing mengembangkan Chatbot Anti Hoaks yang dapat mempermudah masyarakat melakukan pengecekan kebenaran sebuah informasi atau berita yang diperoleh.

Chatbot Anti Hoaks terkoneksi dengan aplikasi pesan instan Telegram melalui akun @chatbotantihoaks. Informasi klarifikasi hoaks yang yang akan disajikan melalui chatbot adalah berasal dari data base atau pangkalan data Mesin AIS Kemkominfo.

Saat ini Kemkominfo dan Prosa sedang mengembangkan layanan Chatbot Anti Hoaks untuk pengguna aplikasi pesan instan Whatsapp dan LINE.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI Semuel A Pangerapan meluncurkan layanan aplikasi Chatbot Anti Hoaks tersebut di Jakarta, Jumat (12/4), lima hari sebelum hari pencoblosan.

Semuel mengatakan layanan Chatbot Anti Hoaks merupakan salah satu cara yang dilakukan Kemenkominfo dalam memerangi hoaks. “Kita harapkan masyarakat punya channel untuk verifikasi informasi. Sejauh ini baru Instagram yang sudah bekerja sama untuk penerapan chatbot ini. Di Instagram sendiri, sudah ada ID untuk dapat pengguna melakukan verifikasi informasi tersebut. Kita bisa copy paste pesan itu kemudian kirim ke chatbot. Nanti diidentifikasi sama chatbot itu. Nanti chatbot memberikan feedback berdasarkan data base yang mereka miliki,” ujar Dirjen Aptika.

Semmy menambahkan, ada tiga fase pengguna internet saat ini di Indonesia. Fase pertama yang mendapatkan informasi melalui browsing, fase kedua yang menggunakan internet pertama kali melalui sosial media, dan fase ketiga menggunakan aplikasi chatting informasi berdasarkan dari teman. “Kita menyediakan satu layanan di telegram, masyarakat pengguna jika meragukan satu informasi bisa menanyakan dan platform harus bertanggung jawab,” jelas Semmy.

Layanan Chatbot Anti Hoaks ini adalah bagian dari upaya-upaya yang terus dilakukan Kementerian Kominfo dalam memerangi hoaks. Sebelumnya Kemkominfo bekerja sama dengan Whatsapp melakukan pembatasan jumlah penerusan pesan (forwarded messages) dari sebelumya 20 kali menjadi dibatasi menjadi hanya 5 kali.

Upaya yang juga terus dilakukan untuk memerangi hoaks, kabar bohong, informasi menyesatkan dan ujaran kebencian adalah dengan terus mengintensifkan penggunaan Mesin AIS yang bekerja 24 jam dan 7 hari seminggu serta didukung oleh 100 anggota Tim Verifikator. (rfr)