Teknologi Digital

Kastara.ID, Jakarta – Telekomunikasi menjadi faktor penting di era pandemi. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebut ada peningkatan toko online sebesar 400 persen.

Pandemi mendorong terjadinya banyak perubahan dan telah melahirkan norma dan praktik baru perekonomian. Krisis pandemi akan mentransformasi keseluruhan industri sampai di masa akan datang. Semua akan mengadopsi perkembangan cara-cara digital.

Data terbaru Kemenkominfo mengatakan bahwa pelaku bisnis UMKM yang sudah terkoneksi dalam pasar digital baru sekitar 14,6 persen, atau setara dengan 9,4 juta pelaku. Padahal, di Indonesia terdapat 64,2 juta pelaku UMKM. Secara nasional, sektor UMKM mampu menyerap 97 persen dari total tenaga kerja dan berkontribusi terhadap 60,3 persen dari PDB.

Kemenkominfo memastikan sektor telekomunikasi mengalami pertumbuhan positif. Pada kuartal I tumbuh mencapai 9,6 persen. Di kuartal II kembali naik di angka 10,88 persen.

“Sektor digital dan infokom (informasi dan komunikasi) menyimpan peluang yang begitu besar dalam pengembangannya di masa sekarang dan akan datang. Sektor infokom satu-satunya yang tumbuh positif bahkan dalam dua digit di Kuartal II 2020, yaitu 10,88 persen,” ujar Staf Khusus Menteri Kominfo Dedy Permadi dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (12/9).

Telekomunikasi memang masih sangat potensial untuk dikembangkan dan masih menyimpan optimisme yang sangat tinggi di tengah pandemi. “Di saat sektor lain sedang lesu, sektor ini masih bisa bertahan bahkan tumbuh dengan nilai yang cukup signifikan. Nah, 10,88 persen ini berkontribusi terhadap 4,66 persen pada PDB. Dibandingkan dengan 2019, meningkat 1,2 persen,” ungkap Dedy.

Melihat struktur ekonomi digital di Indonesia, pada tahun 2019, ekonomi digital memiliki valuasi sekitar USD 40 miliar. Ini sama artinya berkontribusi pada sekitar 11 persen dari total PDB, dengan pertumbuhan sekitar 49 persen per tahun. “Ini pertumbuhan yang luar biasa besar. Ada optimisme di tahun 2025 nanti valuasi ekonomi digital kita akan bernilai antara USD 130-140 miliar,” paparnya.

Tren positif pertumbuhan ekonomi di sektor telekomunikasi tidak lepas dari meningkatnya penggunaan jaringan data internet. Sejak pandemi melanda Indonesia, kebijakan pembatasan sosial diberlakukan, traffic penggunaan data internet mengalami kenaikan mencapai 10-30 persen. Peningkatan itu di antaranya terkonsentrasi pada penggunaan media sosial, streaming, aplikasi layanan video-conference, belajar online, dan games.

“Sinyal 4G baru menjangkau 49,33 persen dari luas wilayah daratan di Indonesia. Artinya, separuh lebih wilayah Indonesia belum ter-cover oleh sinyal 4G. Sedangkan dari total desa/kelurahan, ada 12.548 yang belum terjangkau sinyal 4G. Dari jumlah itu, 9.113 desa/kelurahan berada di wilayah 3T (terluar, tertinggal, terdepan),” jelas Dedy Permadi.

Dengan kebutuhan ekonomi yang sangat menggantungkan teknologi seperti sekarang, pemerintah memiliki pekerjaan rumah untuk memastikan seluruh bagian wilayah Indonesia bisa ter-cover.

“Untuk coverage, kami melihatnya pada populasi. Kalau secara geografis masih kurang dari 50 persen. Kalau populasi, jaringan 4G kita sudah 95 persen. Kami bersama berbagai operator seluler yang ada ikut membantu agar nantinya desa yang sekarang ini belum ter-cover bisa segera mendapatkan sinyal 4G,” jelas Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah.

“(Untuk coverage) ada sekitar 3.400-an desa yang non-3T, ada yang di tengah Jawa. Tapi memang kondisinya cukup challenging. Tapi kita akan siap bangun. Dan nanti juga pada saatnya mungkin menggunakan satelit untuk menjangkau mereka,” ujarnya.

Industri telekomunikasi memiliki mencakup bisnis cukup luas. Perkembangan ekonomi digital yang terus pesat di Indonesia sangat bergantung pada sektor telekomunikasi.

“Secara umum, di Indonesia masih ada sekitar 30 persen orang yang belum menggunakan smartphone. Ini menjadi pe-er kita bersama bagaimana mereka bisa menggunakan smartphone sehingga bisa mengikuti berbagai kegiatan. Mungkin perlu pemerintah mendorong industri lokal untuk membuat smartphone murah,” ungkap Ririek.

“Akses adalah langkah pertama. Ketika masyarakat sudah mendapatkan akses, apa yang akan mereka lakukan itu menjadi penting. Dari kami, fokusnya adalah bagaimana masyarakat bisa produktif dengan akses internet yang mereka miliki. Bisa berinvestasi, atau kalau mereka pelaku usaha, mereka bisa mendapatkan modal,” ungkap co-founder Komunitas Modal Rakyat Wafa Taftazani.

Memang dalam beberapa tahun belakangan, beragam start-up bisnis yang berbasis teknologi informasi bermunculan. Selain rintisan bisnis permodalan peer-to-peer tersebut, salah satu perusahaan yang berkembang adalah Ruangguru, yang menyediakan pendidikan online bagi masyarakat.

“Masalahnya mirip ya. Akses internet adalah tantangan terbesar. Indonesia wilayahnya sangat luas. Kualitas internetnya belum merata,” ujar co-founder Ruangguru, Adamas Belva Syah Devara.

Transformasi digital adalah salah satu skema percepatan pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi. Pelaku usaha diharapkan bisa beradaptasi dengan transaksi pasar digital.

“Teknologi informasi dan komunikasi secara nyata telah menjadi faktor yang fundamental dari lini produksi, dan secara signifikan meningkatkan efisiensi prosesnya. SDM dengan keterampilan bidang digital akan benar-benar menjadi agen perubahan bagi negara manapun di dunia,” ujar Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima. (rfr)