Naratama(coretan sani)

Kastara.ID, Jakarta – Di penghujung 2018, Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) kerja bareng dengan Humas TVRI, PWI, Nagaswara Musik, Pro Aktif, Papa Rons Pizza Cafe, dan PT Kino Indonesia Tbk serta Ascada Musik menggelar diskusi publik untuk melihat tren media landscape di era industri digital 4.0’.

Dalam diskusi tersebut, hadir Naratama yang merupakan seorang produser televisi Voice Of America (VOA), Rummy Aziez (produser Jagonya Musik dan Support), serta Seno M Hardjo (produser label Target).

“Tema ini kami pilih sesuai harapan pemangku kepentingan televisi dan media landscape yang sekarang ini tengah berkembang pesat. Bahkan sangat perlu dipahami teman-teman media yang setiap hari meliput dunia hiburan,” ujar Sutrisno Boeyil, Ketua Umum Forum Wartawan Hiburan di Studio Of Star TVRI yang sekaligus Resto Papa Rons Pizza Cafe di komplek TVRI Stasiun Pusat Jakarta.

Era digital sekarang ini membawa berbagai dampak positif yang dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Namun era digital juga memiliki imbas negatif. Oleh karenanya menjadi tantangan di era digital. Baik itu di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan dan teknologi informasi.

Tidak bisa dipungkiri, perubahan yang paling terasa adalah dalam media massa. Media massa konvensional yang dulu menjadi bacaan sekaligus sumber hidup banyak orang, sudah tergantikan oleh media online, pemesan barang kebutuhan konsumsi dan alat transportasi sudah berada dalam genggaman.

“Anak-anak sekarang melihatnya media landscape digital. Bukan televisi. Anak-anak sekarang tidak lagi mendengar musik dari radio, tapi forecast. New York sekarang jadi biggest fodcast,” papar Naratama, praktisi pertelevisian yang kini bekerja di Voice of America (VOA).

Naratama yang tampil sebagai pembicara dalam Diskusi bertajuk “Membaca Tren Media Landscape di Era Industri Digital 4.0” melihat anak-anak muda, sebagai konsumen acara televisi, hanya memiliki waktu 10 detik dalam menentukan waktu untuk membaca atau melihat apa yang mau ditonton.

Lanjut Nara, era digital memiliki dua sisi. Negatifnya, telah menghabisi bisnis lama yang dijalankan secara konvensional, tetapi positifnya era ini membuka peluang kepada siapa saja untuk bisa berperan.

“Semua bisa dilakukan lebih simpel, tidak perlu SDM yang banyak. Yang penting seseorang bisa memiliki multiskill. Dia bisa menulis, bisa mengoperasikan kamera, bisa mengedit, dan pembawa acara sekaligus. Banyak siaran dari studio televisi yang hanya ditangani oleh dua orang,” tuturnya. (rud)