Gus Dur

Oleh: Jaya Suprana

DARI sekian banyak tanggapan terhadap naskah TAKITAKITA-TAKITAKITA (12 Februari 2020), yang paling out the box akibat lain dari yang lain adalah tidak lain tidak bukan adalah tanggapan mantan Jubir Presiden Gus Dur, Adhie Massardi, yang tersohor berani menyatakan yang benar sebagai yang benar dan yang tidak benar sebagai yang tidak benar. Mas Adhie menanggapi naskah psiko-budaya saya dengan lensa beda, yaitu psiko-sosio-politik sebagai berikut:

Sadoma Sokis
Berbeda dengan “tiki-taka” (gaya umpan-umpan pendek sepakbola Spanyol yang mencerminkan kerja sama strategis masyarakatnya), TAKITAKITA cermin masyarakat kita yang “sadomasokis“, dalam bahasa humorigiusnya “manunggaling derita dan fakta”, sehingga kita jadi bisa senantiasa berdamai dengan rasa sakit. Makin ditipu, makin disakiti, makin dinikmati, karena Indonesia adalah “Paradise of Misery”. Hehehe.

Menyakitkan
Tanggapan Mas Adhie benar-benar pendek namun sesuai kenyataan, maka merupakan sebuah ungkapan uneg-uneg kritik-sosio-politik luar biasa tajam.

Menyakitkan bagi yang mampu dan mau menangkap makna yang dimaksud oleh mantan juru bicara Gus Dur, yang pada masa menunaikan tugas sebenarnya tidak terlalu sibuk sebab Gus Dur sebagai presiden sebenarnya lebih senang bicara sendiri tanpa pakai juru bicara segala macam. Namun dapat disimpulkan bahwa yang mampu menangkap makna yang dimaksud Adhie Massardi itu pastinya menguasai bahasa Indonesia, maka kemungkinan besar adalah warga Indonesia. Karena warga Indonesia sama dengan warga “Paradise of Misery”, maka dapat lanjut disimpulkan bahwa beliau atau mereka termasuk masyarakat yang menyandang sadomasokisme, alias gemar menikmati rasa sakit apabila disakiti yang dalam bahasa humorigiusnya “manunggaling derita dan fakta”.

Andaikata bukan warga Indonesia pun kita dapat menaturalisasikannya untuk memperoleh paspor Indonesia seperti para mahasepakbolawan negeri asing, yang sudi berlaga di gelanggang pertarungan sepakbola internasional atas nama Indonesia.

Terhormat
Tanggapan Mas Adhie beraroma sadomasokisme sebagai pihak yang gemar menyakiti bak “tumbu ketemu tutup”, memang sukses menyakiti perasaan masyarakat Indonesia yang senantiasa berdamai dengan rasa sakit, apalagi jika disakiti oleh seorang mantan jubir Gus Dur.

Rasa sakit akibat disakiti mantan jubir Gus Dur diyakini membaur dengan rasa terhormat akibat memperoleh kehormatan disakiti oleh seseorang bukan kaliber sembarangan. (*)

* Penulis adalah warga “Paradise of Misery” maka sadomasokis merangkap pendiri Perhimpunan Pencinta Humor serta menggagas Humorologi.