Sulaiman Umar Siddiq

Kastara.ID, Jakarta – Indonesia telah lebih satu bulan mengalami Pandemi Covid-19, namun sejauh ini belum meneliti dan mendaftarkan urutan genom virus pemicu Covid-19 ini. Sementara negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Vietnam telah lebih dulu melaporkannya. Anggota Komisi VII DPR RI Sulaiman Umar menekankan agar LBM Eijkman sebagai lembaga riset molekuler yang memiliki kualifikasi dan pengalaman panjang meneliti dan menangani beberapa kasus infeksi virus harus aktif meneliti mutasi virus SARS-CoV-2.

Ia mengatakan bahwa penelitian dan temuan adanya mutasi virus ini dan identifikasi tipenya sangat penting karena selain menemukan kecepatan mutasinya, juga berimplikasi secara klinis dan dalam hal pengembangan vaksin. Sejumlah petunjuk klinis yang diadopsi dari negara lain, seperti China, misalnya, tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi pasien Covid-19 di Indonesia.

“LBM Eijkman sebagai lembaga riset molekuler yang memiliki kualifikasi dan pengalaman panjang meneliti dan menangani beberapa kasus infeksi virus seperti virus Flu Burung (HN51), virus West-Nile, virus Sika, bahkan identifikasi virus Corona lama sejauh ini telah banyak terlibat dalam upaya penanggulangan Pandemi Covid-19, yaitu dalam hal tes virus SARS-CoV-2 dengan metode kombinasi Teknik PCR (polymerase chain reaction) dan sequencing, bahkan telah ditunjuk untuk memimpin konsorsium pengembangan vaksin,” ucap Sulaiman dalam keterangan persnya, Senin (13/4).

Ia menegaskan, untuk lebih mengoptimalkan peran dan kapasitas profesionalnya dalam percepatan penanggulangan Covid-19, ia meminta LBM Eijkman sebagai mitra kerja Komisi VII DPR RI untuk juga terlibat aktif dalam kajian dan penelitian mutasi virus SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19 yang hingga kemarin (12/4), telah menginfeksi 4241 orang di 33 provinsi, dan membawa korban 373 nyawa rakyat Indonesia.

Sulaiman memaparkan, virus baru SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19 dan telah menewaskan 108.994 orang (12/4) di berbagai penjuru dunia ini ternyata terus bermutasi. Dikatakannya, identifikasi mutasi virus tersebut ditemukan pada bank data Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, yang menyediakan ribuan genom lengkap perkembangan virus yang tengah menyerang dunia. Sejauh ini sudah ditemukan tiga varian yang menyebar di berbagai Negara, yaitu SARS-CoV-2 tipe A, tipe B, dan tipe C.

“Virus Tipe A merupakan tipe paling awal, yang melompat dari virus berinang di kelelawar ke manusia atau zoonosis yang diperoleh dari isolat virus Corona BatCoVRaTG13 yang ditemukan di Provinsi Yunan, China. Lompatan ini diperkirakan telah terjadi sejak November 2019 atau lebih awal lagi,” terang legislator Fraksi PDI Perjuangan itu.

Menariknya, sambung Sulaiman, analisis strain menunjukkan tipe A ternyata jarang ditemui di China. Virus tipe A ternyata lebih umum ditemukan di Australia dan AS, kecuali New York. Sebanyak dua pertiga sampel di AS memiliki tipe A.

“Sedangkan Virus tipe B merupakan hasil mutasi dari tipe A. China (Wuhan) episenter awal pandemi itu terutama diserang oleh SARS-CoV-2 tipe B ini, yang mulai beredar di akhir Desember 2020. Tipe B kemudian ditemukan di hampir semua sampel di negara Asia Timur lain, seperti Jepang dan Korea Selatan, yang menunjukkan kemudahan mereka menginfeksi dengan sistem kekebalan tubuh populasi di sana, sehingga virusnya tak perlu bermutasi lagi. Tipe B ini kemudian menyebar ke Eropa, selanjutnya ke New York,” jelasnya.

Ia menambahkan, Virus tipe C ditemukan di Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan. Eropa (Perancis, Italia, Swedia, dan Inggris), juga California (AS) dan Brasil dijangkiti juga oleh virus tipe C ini. “Fred Hutchinson Cancer Research Center, hingga Jumat (10/4), telah mengoleksi 3.123 urutan genom lengkap dari sampel SARS-CoV-2. Jumlah genom dari SARS-CoV-2 ini meningkat hingga ratusan setiap harinya seiring dengan terus masuknya data dari berbagai negara di dunia, kecuali Indonesia,” ungkap Sulaiman. (rso)