Kastara.ID, Minahasa Utara – Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo melakukan peninjauan ke kawasan budidaya ikan nila milik masyarakat Desa Tetey, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara. Kunjungan ini merupakan penutup rangkaian kunjungan kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) selama lima hari di Pulau Sulawesi dengan menyambangi Kabupaten Mamuju, Kota Palu, Kabupaten Pasangkayu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Gorontalo Utara, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten Minahasa Utara.

Dalam sambutannya Menteri Edhy menyatakan bahwa pelaku usaha perikanan tidak perlu khawatir meskipun wabah Covid tengah melanda dunia. Pemerintah hadir melalui KKP untuk bekerja bersama rakyat dengan cara menggandeng berbagai pihak untuk dapat bersama-sama menghadapinya.

“Permasalahan seperti pemasaran produk perikanan baik budidaya maupun tangkap telah kami carikan solusinya yakni dengan menggandeng Kementerian BUMN untuk mem-back-up hasil produksi. Melalui Perindo, Perinus maupun Kliring Berjangka, kami yakin hasil produksi perikanan dapat terserap, karena sudah disiapkan anggaran yang cukup banyak untuk mengatasi hal ini” jelas Edhy, Sabtu (13/6).

Menteri Edhy menegaskan melalui kolaborasi serta kerja sama, tidak ada yang tidak mungkin, program akan sukses. KKP siap membantu akses permodalan melalui BLU LPMUKP dan KUR.

Menteri Edhy juga menambahkan bahwa dirinya optimis Indonesia dapat segera bangkit melalui industri sektor kelautan dan perikanan yang menjadi andalan pada masa yang akan datang. Harga udang yang mencetak rekor tertinggi walaupun di tengah wabah yang melanda menjadi bukti nyata bahwa pasar global memiliki permintaan yang tinggi terhadap produk perikanan Indonesia. “Saya yakin hal yang sama juga akan terjadi pada produk ikan air tawar, namun diperlukan sistem yang lebih baik agar dapat terwujud,” lanjut Edhy.

“Dengan kedatangan KKP langsung ke tengah masyarakat, kami harap dapat memecahkan berbagai masalah yang ada di sektor kelautan dan perikanan serta membuat Indonesia menjadi pemenang dalam menghadapi pandemi Covid,” pungkas Edhy.

Menurut data sangat sementara dari KKP, produksi ikan nila di Sulawesi Utara dalam kurun waktu 2015-2019 mengalami peningkatan sebesar 16,98%. Sedangkan dalam kurun waktu yang sama untuk produksi ikan nila nasional juga mengalami kenaikan sebanyak 5,45%.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto yang turut mendampingi Menteri Edhy dalam rangkaian kunjungan kerja ini menyebutkan bahwa nila termasuk komoditas favorit untuk dibudidayakan oleh masyarakat, khususnya di wilayah Sulawesi karena adanya permintaan pasar yang cukup banyak. Untuk memfasilitasi kebutuhan pembudidaya akan teknologi budidaya, benih bermutu serta pakan berkualitas, KKP memiliki Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu yang siap untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya di Sulawesi serta wilayah Timur Indonesia.

“Ikan nila banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena memiliki berbagai kelebihan seperti dapat tumbuh dengan cepat, lebih resisten terhadap penyakit, dan dapat bertahan pada perubahan lingkungan. Selain itu media pemeliharaan yang dapat digunakan juga beragam, mulai dari kolam tanah, kolam beton, kolam terpal, keramba maupun di tambak untuk komoditas nila salin,” lanjut Slamet.

Slamet juga menambahkan bahwa pemahaman pembudidaya akan keseluruhan proses budidaya mulai dari pemilihan lokasi dan sumber air yang baik, pemakaian benih berkualitas, manajemen pemberian pakan, monitoring kualitas air, kesehatan ikan dan lingkungan merupakan hal esensial yang perlu dicermati agar keuntungan yang didapat oleh pembudidaya dapat lebih maksimal.

“Untuk mendukung suplai benih berkualitas di masyarakat, KKP akan fokus pada program industrialisasi benih nasional, termasuk penataan sistem logistik di sentral produksi budidaya. Teknologi pembenihan ikan nila yang mampu menaikkan produktivitas benih seperti Recirculation Aquaculture System (RAS) maupun Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) akan terus didorong untuk dapat dikuasai dan diadopsi oleh masyarakat pembenih di berbagai daerah di Indonesia” imbuh Slamet.

Sebagai informasi, pada tahun 2019 BPBAT Tatelu berhasil mencatatkan produksi benih ikan air tawar sebanyak 10,8 juta ekor yang sebagian besar diantaranya diserahkan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan kepada kelompok pembudidaya maupun kegiatan restocking. Total sebanyak 6,4 juta ekor diantaranya merupakan benih ikan nila. Sedangkan untuk tahun 2020, hingga bulan Mei 2020 BPBAT Tatelu telah menyerahkan bantuan benih ikan nila sebanyak 1,93 juta ekor kepada masyarakat.

Salah seorang pembudidaya di Desa Tetey, Robert Oni Wagiu merasa bangga sekaligus mendapat kehormatan untuk dapat dikunjungi oleh rombongan Menteri Kelautan dan Perikanan. Oni menjelaskan bahwa budidaya ikan nila di desa Tetey sudah berlangsung lebih dari 20 tahun. Ada sekitar 30 pemilik kolam dengan potensi total luas lahan mencapai 60 ha yang bekerja sama dalam membangun Desa Tetey menjadi kawasan budidaya ikan Nila.

“Semoga dengan kedatangan Pak Menteri ke desa kami dapat menjadi solusi bagi kami masyarakat pembudidaya serta membuka jalan untuk dapat memperluas pemasaran hasil produksi kami,” tutup Oni. (mar)