Kastara.id, Jakarta – Menteri Ketenagakerjaan RI M. Hanif Dhakiri ingin keberadaan Balai Latihan Kerja (BLK) bisa menjadi tempat pengembangan skill untuk ciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) terampil. Pasalnya, sebanyak ‎62 persen dari jumlah 128 juta orang angkatan kerja Indonesia didominasi lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Profil 128 juta angkatan kerja ini, terdiri dari sekitar 121 juta orang yang bekerja, dan pengangguran sebanyak 7 juta orang.

Menaker Hanif menerangkan, penting untuk mempercepat penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasional yang memiliki standar kompetensi. Tujuannya mempersiapkan SDM terampil untuk kebutuhan industri. Jadi ‎lulusan dari pendidikan dan pelatihan vokasional lebih mudah terserap di pasar kerja maupun berwirausaha.

“Jadi misalnya masuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau ikut pendidikan di Balai Latihan Kerja (BLK) untuk mendapat kompetensi tertentu, setelah itu kita uji kompetensi. Lulus, dia mendapatkan ijazah dan sertifikasi profesi keahlian tertentu,” kata Menteri Hanif, di Jakarta (12/8).

Kendati demikian, bukan berarti sejauh ini peran BLK tidak mengalami kendala. Dia mengaku, butuh dukungan pendanaan untuk anggaran vokasi di Indonesia hanya sekitar Rp 2 triliun untuk 128 juta tenaga kerja. Menurutnya, uumlah itu jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan Malaysia yang mengalokasikan anggaran Rp 13 triliun untuk basis 15 juta tenaga kerja yang mereka miliki.

“Jadi kita dorong keterlibatan swasta, dan industri dalam mengembangkan standar, baik kurikulum, instruktur dan guru supaya kita bisa mempercepat pendidikan dan pelatihan ini. Hasilnya bisa mendapat tenaga kerja yang relevan dengan kebutuhan pasar,” ujar Menaker Hanif. (nad)