Kalpalata

Oleh: Jaya Suprana

ANDA tahu makna Kalpalata? Anda hebat! Semula saya sama sekali tidak tahu-menahu tentang eksistensi apalagi makna kata Kalpalata.

Kalpalata
Di mbah Google pun pada saat naskah ini ditulis, saya gagal menemukan penjelasan tentang makna kata Kalpalata dalam bahasa Indonesia. Yang ada paling-paling penjelasan dalam bahasa Inggris tentang Kalpalata dalam bahasa Sanskrit, yang bermakna mediator perdamaian. Ada juga Kalpalatha, Kalpataru, Kalpata Tree, Kalpalathika.

Akhirnya saya mengetahui eksistensi kata Kalpalata bukan karena saya berwawasan pengetahuan luas, namun karena beruntung belaka. Pada saat diundang TV-One untuk bicara soal wabah kerajaan tiba di persada Nusantara masa kini, saya beruntung berjumpa Prof. Agus Aris Munandar dari Fakultas Kebudayaan Universitas Indonesia.

Setelah mengetahui saya meminati arkeologi, Prof. Munandar bermurah hati mengirimkan sebuah buku karya beliau berjudul “Kalpalata” dengan sub-judul“ Data dan Interpretasi Arkeologi”, dengan isi yang terbagi dalam tema arsitektur kuna tentang candi dan kelenteng, telaah prasasti sebagai artefak dan penelusuran akar kebudayaan Indonesia pada masa Hindu-Buddha untuk saya pelajari.

Kalpa yang Melata
Dari buku Prof. Agus Aris Munandar itulah saya baru mengetahui bahwa Kalpalata adalah nama ragam hias alias motif desain yang seringkali dipahatkan sebagai ornamen di candi-candi masa klasik tua abad XVIII–X Masehi dan klasik muda abad XIII–XV, tanpa saya mengetahui kenapa pada tiga abad di antara X dan XIII tidak ada misalnya masa klasik remaja.

Bentuk Kalpalata lazimnya tanaman menjalar, suluran yang berdaun atau suluran tanpa daun melingkar-lingkar mengisi ruang kosong pada panil-panil dinding candi; ada pula yang keluar dari semacam periuk (kalasa) atau bonggol umbi yang dianggap sebagai rahim emas kehidupan manusia (hiranyagarbha).

Dengan menggunakan judul Kalpalata diharapkan buku Prof. Agus Aris Munandar dapat menjadi inspirasi bagi para peminat kajian yang sama, tergugah untuk menghasilkan karya-karya lain dan ide tentang kajian dapat menjalar ke mana-mana bagaikan tanaman kalpa yang melata.

Inspirasi
Harapan Prof. Munandar sedikit agak terwujud pada diri saya yang awam arkeologi ini. Buku Kalpalata terbukti menjadi inspirasi bahkan motivasi bagi saya untuk mencoba menulis naskah sederhana tentang Kalpalata ini.

Saya tergugah untuk menghasilkan karya lain disertai harapan dapat menjalar ke mana-mana bagaikan tanaman kalpa yang melata bagi para meminat kajian arkeologis terhadap warisan mahakarya kebudayaan Nusantara. Minimal judul naskah yang dimuat kantor berita RMOLMoeslimchoiceWatyutinkAskara, dan lain-lain ini masuk ke dalam alam maya, sehingga istilah Kalpalata dalam bahasa Indonesia dapat ditemukan pada perbendaharaan kata mbah Google.

Terima kasih, Prof Agus Aris Munandar! (*)

* Penulis adalah pembelajar kebudayaan dunia.