Teror Bom Surabaya

Kastara.id, Surabaya –  Pelaku teror di tiga gereja di Surabaya dan Rusunawa di Taman, Sidoarjo masih satu jaringan. Hal itu diungkapkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Surabaya (14/5) terkait investigasi untuk mengidentifikasi pelaku yang telah dilakukan tim Polri, termasuk Polda dan tim mabes Polri.

Menurut Tito, pihaknya sudah mengidentifikasi kelompoknya yaitu Jamaah Ansharud Daulah (JAD). “Sudah saya sampaikan kemungkinan motifnya terkait dengan serangan ini karena ada instruksi dari ISIS yang mendesak dan memerintahkan sel-sel lainnya,” jelasnya.

Usai aksi bom bunuh diri di tiga gereja, juga terjadi ledakan di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Polisi yang mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) menyatakan ledakan yang terjadi karena kecelakaan sendiri. “Anton Ferdiantono (pelaku) itu teman dekat Dita Oeprianto pelaku bunuh diri Jalan Arjuno. Mereka aktif berhubungan pernah juga berkunjung ke Lapas Tulungagung tahun 2016,” ungkapnya.

Dijelaskan Tito, kelompok ini melakukan aksi setelah terjadi kerusuhan di Mako Brimob Depok beberapa waktu lalu. Selain itu aksi dilakukan karena pemimpinnya, Aman Abdurahman, ditangkap polisi.

Kerusuhan di Mako, lanjut Tito, tidak sekadar kerusuhan makanan yang tidak boleh masuk. “Tapi karena ada upaya untuk melakukan pembalasan. Kemudian untuk di Jatim sendiri itu kelompok JAD Cabang Surabaya,” paparnya.

Kelompok itu melakukan langkah-langkah tertutup untuk melakukan penyerangan dengan mempersiapkan bom. Bom yang dipakai pelaku bermacam-macam. Meski menggunakan bom pipa ada yang ditumpuk, ada juga yang menggunakan bensin seperti yang di gereja.

Kelompok JAD Surabaya mengebom menggunakan bahan peledak tri aceton tri proxid yang sangat dikenal di kelompok ISIS. Bahan peledak tersebut sangat mudah didapat dengan bahan yang mudah diperoleh dan diramu. “Bahan tri aceton tri proxide yang dikenal di kelompok ISIS, Suriah, Irak dan disebut the mother of satan, karena daya ledaknya tinggi dan sangat sensitif,” katanya. (*)